Denpasar – Banyak anak muda khususnya kader Muhammadiyah lebih tertarik bicara politik ketimbang bagaimana membahas masalah ekonomi demi meningkatkan kesejahteraan umat.
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, KH. Anwar Abbas menyebut bahwa pada masa ini menurutnya diperlukan para generasi muda yang mampu menjadi enterpreneur atau pengusaha muda di era pandemi.
Pasalnya, menurut dia justru banyak anak muda, khususnya kader muda Muhammadiyah yang lebih tertarik bicara politik ketimbang perekonomian
“Saat ini, banyak anak muda lebih tertarik bicara politik dibandingkan ekonomi,” papar Anwar Abbas dalam Seminar Nasional Gerakan Revolusi Mental, yang digelar Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Bali, Sabtu 2 Oktober 2021.
Padahal, lanjut Anwar Abbas, dahulu Muhammadiyah di awal berdirinya justru banyak diisi oleh para pengusaha yang memiliki jiwa pejuang.
“Sampai hari ini, kita Muhammadiyah sudah berperan dan dahulu unggul dalam semua lini, sekarang tidak unggul di semua lain, bukan berarti tidak maju, tapi gerak orang lain lebih cepat dari Muhammadiyah,” tukasnya.
Bahkan, ia menyebutkan , walaupun Indonesia merupakan dengan populasi Muslim terbesar di dunia,
tetapi jumlah pengusaha dari kalangan umat Islam justru sangat sedikit.
“Mayoritas muslim, majoriti tapi kita tidak menjadi penentu. Dari elit strategis tidak ada umat Islam, 10 orang
terkaya hanya Chairul Tanjung, dari 50 orang hanya 5 sampai 6 orang yang Muslim,” ungkapnya.
Buya Anwar sapaan akrabnya, menegaskan para pengusaha sebagai pemilik kapital dan sumber daya
sendiri menurutnya merupakan penentu dari jalannya sebuah negara.
Mengutip pemikir Noam Chomsky, penentu sebuah negeri bukan politisi, birokrat, tentara, atau polisi, tapi pemilik kapital atau pemilik sumberdaya.
Mmenurut dia, hal ini menjadi tantangan Muhammadiyah untuk mencetak generasi pengusaha muda yang tangguh, terutama di era pandemi Covid-19.
“Bagaimana Muhammadiyah bisa menempatkan kader-kadernya di berbagai lini. Titik lemahnya yang tidak kuasai adalah elit strategis pengusaha,” katanya menegaskan.
Kegiatan digelar di Wisma Sejahtera Kemenag, Denpasar ini mengambil tema ‘Strategi dan Penguatan Kewirausahaan Melalui Digital Marketing Era New Normal’, secara hybrid atau gabungan antara daring dan luring itu menghadirkan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, KH. Anwar Abbas sebagai keynote speech, dan Koordinator Tim Kerja PP Muhammadiyah, Faozan Amar, Ketua PP Pemuda Muhammadiyah, Rachmatulloh Baja, serta Praktisi IT sekaligus pengusaha, Hendro W. Saputro.
Seminar dihadiri para kader Pemuda Muhammadiyah se-Bali tersebut merupakan tindak lanjut MoU antara Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan dalam Gerakan Revolusi Mental.
Tujuan kegiatan tersebut menurut Koordinator Tim Kerja PP Muhammadiyah, Faozan Amar adalah untuk menghasilkan agen revolusi mental yang berkemajuan sehingga mampu mendorong pembangunan sumber daya manusia dan kebudayaan Indonesia.
“Turunan dari MoU itu ada kegiatan-kegiatan yang digelar di majelis, organisasi otonom baik di pusat maupun daerah,” kata pria yang juga Stafsus Menteri Sosial ini.
Diharapkan, seminar ini mampu melahirkan jiwa-jiwa wirausaha di kalangan kader muda Muhammadiyah Bali.
“Saya kira materinya bagus semua, paling penting adalah seperti disampaikan Buya Anwar Abbas, kita belajar buku renang sehebat apapun, walaupun kita paham teorinya tapi gak pernah nyemplung air gak bisa berenang, sama kita belajar teori bisnis gak pernah terjun ya sama aja,” ujarnya.
Ia mengajak kader Pemuda Muhammadiyah untuk terus menjadi agen pembawa perubahan (agent of change) yang baik bagi bangsa dan negara.
“Karena pemuda hari ini akan menjadi pemimpin bangsa di masa depan,” tutupnya
Ketua PP Pemuda Muhammadiyah, Rachmatulloh Baja menegaskan bahwa pihaknya siap untuk melakukan berbagai kolaborasi dengan berbagai stakeholder untuk mencetak para pengusaha muda, khususnya di bidang digital marketing menyongsong era 4.0.
“Pemuda Muhammadiyah siap berkolaborasi dengan stakeholder digital marketing baik pemerintah maupun swasta,” imbuhnya. (rhm)