![]() |
Dandim 0716/ Demak Letkol Inf Agung Udayana (tengah) hadiri Haul Agung Raden Fattah |
DEMAK – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengungkapkan sejarah perjuangan Raden Fattah (Demak) menunjukkan harmonisnya hubungan antara ulama dan umaro atau pemerintah kala itu .
KH Said menyampaikan hal itu dalam Haul Agung Sultan Raden Abdul Fattah Al-Akbar Sayyidin Panotogomo ke-514, di Masjid Demak akhir pekan lalu yang dihadiri oleh ribuan jamaah dan Komandan Kodim 0716/Demak Letkol Inf Agung Udayana
Hadir pula, tokoh Habib Luhtfi yang memberikan taushiyah. Mereka menekankan akan pentingnya selalu menghormati para leluhur melalui tradisi haul dan kegiatan-kegiatan lainnya.
Sinergi antara ulama dan umaro (pemerintah) dari dulu hingga sekarang terbukti mewujudkan bangsa yang kuat. Sebab itu dalam sejumlah kesempatan, Habib Luhtfi dan Kiai Said pun tak pernah putus untuk menjalin tali yang kokoh dengan pemerintah di tengah radikalisme global yang mempunyai kecenderaungan memecah belah bangsa
Menurut Kiai Said, kekuasaan Raden Fattah (Demak) adalah bukti sejarah bagaimana harmonisnya ulama dan umara dalam menguatkan tradisi budaya, menjaga stabilitas tanah air, sehingga Islam bisa disebarkan dengan baik.
“Tidak mungkin menyebarkan Islam di tengah konflik dan gejolak, karena itu sinergi ulama dan umara sangat penting bagi perkembangan Islam,” kata kiai pengasuh Pondok Pesantren al-Tsaqafah, Ciganjur itu.
Tidak hanya di Demak dan sekitarnya, di daerah-daerah lain pun para pendakwah Islam berbaur dengan tradisi budaya masyarakat dan menjaga harmoni dengan umara demi stabilitas tanah air. Dalam nasehatnya Habib Lutfi bin Yahya menyampaikan tentang sejarah perjuangan Sultan Fatah serta silsilah kewaliannya.
Menurut Habib Lutfi, Walisongo merupakan lembaga bukan personal, artinya setiap ada wali yang meninggal diantara Wali Songo langsung diganti oleh wali selanjutnya. Menurutnya, hingga saat ini Walisongo tetap ada, tetapi tidak disebutkannya.
“Kita hanya mengenal Sultan Fatah sebagai Sultan semata, padahal sesungguhnya Raden Fatah merupakan sosok ulama besar, bahkan termasuk waliyullah pada masanya,” katanya. Termasuk pula Pangeran Sentot Prawirodirjo dan Pangeran Diponegoro, kedua pahlawan nasional tersebut selain sebagai tokoh politik juga merupakan Mursyid Thoriqoh yang masyhur.
Sorban Pangeran Diponegoro, merupakan simbolisasi dari seorang Mursyid Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsabandiyah. Tetapi terkadang kita mengenalnya hanya sebagai pahlawan semata.
Oleh karena itu, menurut Habib Lutfi kita harus mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena yang memperjuangkan bangsa ini adalah para ulama, kiai-kiai, dan pejuang muslim yang tak sempat dianugrahi bintang gerilnya.
“Maka jika ada kelompok-kelompok yang hendak menggerogoti Kesatuan bangsa ini, mereka adalah orang-orang yang tidak tahu sejarah. Sekali lagi wajib hukumnya bagi kita untuk menjaga keutuhan negera ini dari rongrongan sekelompok orang yang tidak bertanggungjawab, setuju?,” demikian nasehatnya.
Haul Agung Raden Fatah memang sengaja diisi dengan berbagai kegiatan yang bersifat mendukung syiar Islam. Selain khitanan bersama dan pawai panjang jimat, sejumlah kegiatan lainnya meliputi Nikah Massal, khataman Al-Qur’an, Pawai Ta’aruf serta ziarah ke makam Sultan Fattah. (des)