![]() |
KH Syukron Ma’mun/net |
JAKARTA – Pengasuh Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta KH Syukron Ma’mun mengungkapkan tidak semua bid’ah itu jelek dan tercela bahkan hidupnya Islam itu karena banyaknya bid’ah yang ada sandarannya dengan Alquran dan Hadis.
Dijelaskan Kiai sepuh itu, bid’ah berasal dari bahasa Arab bada’a yang memiliki arti barang baru yang tidak ada sebelumnya. Lebih khususnya, bid’ah adalah amalan yang tidak ada pada zaman Nabi Muhammad. Menurutnya, bid’ah itu ada dua, yaitu bid’ah yang baik dan bid’ah yang tercela.
“Imam Syafii mengatakan, bid’ah itu ada dua, bid’ah yang terpuji dan bid’ah yang tercela. Bid’ah yang terpuji adalah yang sesuai dengan Al-Qur’an dan hadis,” kata Kiai Syukron Syukron dalam ceramahnya pada Peringatan Haul Ke-1 KH Ali Musthafa Ya’qub di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (15/4/17) malam.
Sedangkan, yang tercela kata Syukron adalah yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan hadis. Karenanya, ia menilai, tidak semua bid’ah itu jelek dan tercela. Ia mecontohkan, Khalifah Umar bin Khattab juga melakukan dan menganjurkan bid’ah yang baik seperti mengadakan Shalat Terawih berjamaah.
“Sebelumnya Shalat Terawih itu sendiri-sendiri. Kemudian Umar melakukan Shalat Terawih berjamaah. Adapun yang menjadi imamnya adalah Ubay bin Ka’ab. Umar pun berkata inilah sebagus-bagusnya nikmat,” urai Kiai Syukron dikutip nu online.
Kiai Syukron mengkritik mereka yang melarang orang melaksanakan bid’ah hasanah seperti tahlil, maulid, shalawatan, dan lainnya. Orang tersebut adalah mereka yang memahami Al-Qur’an dan hadis secara sepotong-sepotong.
Dalam memahami agama itu itu, tidak cukup satu dua ayat Al-Qur’an. Tidak hanya cukup satu dua hadis. “Hanya modal dua ayat tiga ayat menganggap kiai salah semua,” tukasnya.
Nabi Muhammad bahkan menyuruh umatnya untuk membuat bid’ad yang baik sebanyak-banyaknya. Karena semakin banyak bid’ah yang baik maka itu akan semakin bagus dan membuat Islam semakin hidup.
“Hidupnya Islam karena banyaknya bida’h. Bid’ah yang ada sandarannya dalam Al-Qur’an dan hadis,” demikian Kiai Syukron. (des)