Kinerja Industri Jasa Keuangan Bali-Nusa Tenggara Stabil, Kredit Investasi Melesat

Kinerja Industri Jasa Keuangan (IJK) di wilayah Bali-Nusra hingga posisi Agustus 2025 dilaporkan stabil dan tumbuh positif

13 Oktober 2025, 08:36 WIB

Denpasar – Kinerja Industri Jasa Keuangan (IJK) di wilayah Bali dan Nusa Tenggara (Bali-Nusra) hingga posisi Agustus 2025 dilaporkan stabil dan tumbuh positif, ditopang oleh fungsi intermediasi yang terjaga, serta likuiditas dan permodalan perbankan yang memadai.

Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Bali mencatat daya tahan sektor ini tetap solid.

Intermediasi Perbankan Solid dengan Kredit Investasi sebagai Pendorong Utama

Fungsi intermediasi perbankan (Bank Umum dan BPR) di Bali-Nusra menunjukkan ketahanan yang kuat.

“Total penyaluran kredit mencapai Rp241,52 triliun, tumbuh sebesar 6,89 persen secara tahunan (year-on-year/yoy),”ungkap Kepala OJK Bali Kristrianti Puji Rahayu dalam keterangan tertulisnya Senin 13 Oktober 2025.

Meskipun melandai dibandingkan Agustus 2024 (8,30% yoy), pertumbuhan ini didominasi oleh penyaluran untuk sektor produktif (57,84%), dengan kredit modal kerja (32,65%) dan investasi (25,19%).

Lonjakan pertumbuhan kredit investasi menjadi sorotan utama, tumbuh signifikan sebesar 27,22 persen yoy (dengan penambahan nominal Rp13,01 triliun) lebih tinggi dari tahun sebelumnya (21,44% yoy).

Kenaikan pesat ini diyakini mencerminkan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap prospek ekonomi di wilayah Bali-Nusra.

Lanjut, Kristrianti Puji Rahayu  Secara sektoral, kredit didominasi oleh Sektor Bukan Lapangan Usaha (42,16%) dan Sektor Perdagangan Besar dan Eceran (23,53%).

Secara regional, peningkatan nominal kredit di Provinsi Bali utamanya didorong Sektor Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha (tambah Rp1,92 triliun/5,13% yoy), sementara di NTB didominasi Sektor Pertambangan dan Penggalian (tambah Rp4,63 triliun/37,37% yoy), dan di NTT juga dari Sektor Bukan Lapangan Usaha (tambah Rp1,73 triliun/6,53% yoy).

Bank juga menunjukkan keberpihakan terhadap ekonomi lokal dengan menyalurkan 41,61 persen dari total kredit kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), yang tumbuh 1,10 persen yoy.

“Seiring pertumbuhan kredit, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga tumbuh positif mencapai Rp297,25 triliun, dengan pertumbuhan 7,88 persen yoy,” ungkap Kristrianti Puji Rahayu.

Kinerja bagus itu ditopang oleh kenaikan nominal tabungan dan deposito. Rasio kredit terhadap DPK (Loan to Deposit Ratio/LDR) berada di angka 81,25 persen.

Kredit bermasalah perbankan (Non Performing Loan/NPL) secara gross berhasil dijaga di bawah ambang batas 5 persen, yaitu sebesar 3,12 persen, sedikit menurun dari bulan sebelumnya (3,15%).

Ketahanan likuiditas dan permodalan perbankan pun tetap kuat, tecermin dari tingginya rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) BPR di Bali (31,68%), NTB (46,38%), dan NTT (43,03%), memberikan bantalan mitigasi risiko yang memadai.

Sektor Non-Bank dan Pasar Modal Tunjukkan Pertumbuhan

Sektor Pasar Modal mencatat pertumbuhan investor yang tinggi (double digit).

Jumlah investor saham tumbuh 29,81 persen yoy mencapai 282.367 Single Investor Identification (SID). Nilai transaksi saham juga melonjak signifikan sebesar 55,80 persen yoy mencapai Rp5,02 triliun.

Sementara itu, piutang Perusahaan Pembiayaan mencapai Rp19,30 triliun, tumbuh 7,23 persen yoy per Juli 2025.

Tingkat pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) Perusahaan Pembiayaan relatif rendah di angka 1,73 persen, sedangkan NPF Modal Ventura menurun menjadi 7,35 persen.

OJK berkomitmen untuk terus mendorong kinerja intermediasi yang seimbang serta memperkuat literasi dan inklusi keuangan di wilayah tersebut, termasuk melalui program kolaboratif seperti Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) dan edukasi tematik. ***

Berita Lainnya

Terkini