Kisah Dhiva Angger Sakhena: Kegagalan SBMPTN Menuju Lulusan Terbaik UNY dengan IPK 3,97

Dhiva Angger Sakena dinobatkan sebagai lulusan dengan IPK tertinggi jenjang sarjana, yakni 3,97, pada wisuda UNY eriode Oktober 2025.

30 Oktober 2025, 06:42 WIB

Yogyakarta – Kisah Dhiva Angger Sakhena menjadi bukti nyata jalan menuju sukses seringkali berliku.

Bagi mahasiswa asal Trenggalek Jawa Timur ini, kegagalan di percobaan pertamanya menembus perguruan tinggi negeri (PTN) bukan akhir, melainkan titik balik emas yang mengubah hidupnya.

Setelah tak lolos seleksi PTN, Dhiva memilih mengambil gap year selama setahun. Alih-alih tenggelam dalam kekecewaan, ia justru mengambil peran yang mulia.

“Saya ingin tetap bermanfaat, meski belum kuliah. Mengajar Bahasa Inggris untuk anak-anak desa membuat saya belajar tentang tanggung jawab sosial,” ujar Dhiva, mengenang masa-masa tersebut usai prosesi wisuda di Auditorium Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Oktober 2025 lalu.

Dhiva berhasil diterima di Program Studi Administrasi Publik FISIP UNY melalui jalur SBMPTN.

Ia datang bukan sebagai mahasiswa biasa, melainkan dengan semangat kemandirian dan kepercayaan diri yang matang.

“Saya selalu percaya diri saya lebih kompeten daripada rintangan yang saya hadapi,” ucapnya tegas.

Keyakinan itu terbukti. Selama kuliah, Dhiva aktif di berbagai organisasi bergengsi.

Di English Debating Society UNY, ia tidak hanya menjadi anggota, tetapi dipercaya memimpin sebagai presiden.

Langkahnya menembus panggung dunia saat ia menjadi delegasi World Universities Debating Championship (WUDC) 2022.

Meski berprestasi cemerlang, Dhiva mengakui perjalanannya tak mudah, terutama saat minimnya dukungan di awal sempat membuatnya goyah.

Namun, ia memilih bertahan. “Dukungan terbaik adalah percaya pada diri sendiri bahwa saya bisa,” tuturnya. Ia juga menekankan peran besar lingkungan kampus yang suportif.

UNY memberi banyak peluang bagi mahasiswa untuk berkompetisi dan berkolaborasi. Itu yang membuat saya tumbuh,” tambahnya.

Bagi Dhiva, belajar bukan sekadar kewajiban akademik. Ia memiliki pandangan unik tentang ilmu.

“Kalau sudah suka belajar, kegiatan sederhana pun bisa jadi hal yang informatif dan analitis. Bahkan dari membaca meme pun saya bisa belajar banyak hal,” katanya sambil tertawa ringan.

Kini, Dhiva Angger Sakhena menutup masa studinya dengan pencapaian yang fantastis.

Ia dinobatkan sebagai lulusan dengan IPK tertinggi jenjang sarjana, yakni 3,97, pada wisuda periode Oktober 2025. Sebuah mahkota yang menjadi puncak dari dedikasi dan kegigihan yang ia bangun dari kegagalan.

Setelah wisuda, alumni SMA Negeri 1 Tenggarong ini berencana meniti karier terlebih dahulu sebelum melanjutkan studi. Dhiva menutup kisahnya dengan pesan inspiratif yang menggugah:

“Selama ada kesempatan, lakukan hal positif apa pun yang kalian inginkan. Jangan batasi diri. Berdedikasilah, agar hasilnya tak pernah membuat kita menyesal.”

Berita Lainnya

Terkini