![]() |
Mesakipun tidak ada ritual khusus seperti harus poso (puasa) dulu. Yang pasti hanya mandi wajib agar bersih ketika membawa perangkat gamelan ke Masjid Agung. |
KabarNusa.com – Keberadaan gamelan Kyai Guntur Madu dan Gamelan Kyai Guntur Sari menjadi bagian penting dari ritual Sekaton yang digelar Keraton Solo, Jawa Tengah.
Lantas bagaimana sebenarnya kedua gamelen itu hingga memiliki nilai yang tidak sembarangan orang bisa menyentuhnya.
Diketahui, gamelan itu diletakkan di Masjid Agung akan ditabuh selama seminggu selepas Ashar dan berhenti menjelang maghrib.
“Sebelum diletakkan di masjid Agung, gamelan harus diambil dari Kraton terlebih dahulu,” papar salah satu abdi dalem Parmo (65) di Solo Jawa Tengah (3/1/2014).
Yang menarik, untuk bisa mengangkat perangkat gemelan bukan suatu hal yang mudah.
“Harus bersih lahir dan batinnya, rombongan pengangkat gamelan akan menggunakan pakaian khas abdi dalem kraton,” sambungnya.
Mesakipun tidak ada ritual khusus seperti harus poso (puasa) dulu. Yang pasti hanya mandi wajib agar bersih ketika membawa perangkat gamelan ke Masjid Agung.
“Ning yen ‘ngesula’ (mengeluh) justru saat membawa perangkat gamelan akan terasa berat,” tandasnya lagi.
Hadi mengaku sudah pulahan tahun mengabdi jadi abdi dalem Kraton Solo. Sejak jaman PB XII masih timur (muda). Bahkan sudah sejak jaman kakeknya, keluarganya mengabdi pada Kraton.
Dikatakan, perangkat gamelan Kyai Guntur Madu diletakkan di bangsal sebelah utara Masjid Ageng. Dan perangkat gamelan Kyai Guntur Sari menuju bangsal di sebelah selatan. (tyo)