JEMBRANA – Lama dihimpit kemiskinan membuat Dewa Ketut Kantor warga Banjar Bale Agung Desa Yehembang Kecamatan Mendoyo Jembrana Bali akhirnya bangkit memulai berdagang sate langguan dan sate babi dengan meraih untung perhari Rp1 juta.
Rupanya, sukses keluarga ini, tak lepas dari nama unik yang disandang Dewa Kantor dan istrinya Nyoman Resi. Pria bertubuh tambun dan berkumis tebal ini, memang memiliki nama unik. “Dewa Ketut Kantor”, nama aslinya sesuai KTP dan akte kelahiran.
Berkat keuletannya, Kantor yang dulunya tidak memiliki apa-apa dan tergolong KK miskin ini, mulai meraup sukses menggeluti bisnis jualan sate langguan dan sate babi. Dia mengaku penghasilannya per hari rata-rata Rp 1 juta atau dalam jika dihitung dalam sebulan setidaknya mengantongi Rp30 juta.
Penghasilan ini tergolong besar untuk menghidupi keluarganya, bahkan bisa ditabung dan untuk membangun rumah yang besar.
“Saya tidak tahu apa alasan orang tua saya memberikan nama Dewa Ketut Kantor kepada saya. Arti dari nama itu juga saya tidak tahu,” ujar pria kelahiran 31 Desember 1970 ini saat ditemui di rumahnya, Minggu 27 Maret 2016.
Putra keempat dari Dewa Aji Kumis (alm) ini, juga memiliki istri yang memiliki nama unik, yakni “Nyoman Resi” nama Resi adalah merupakan nama tokoh Hindu yang disucikan. Demikian juga istrinya memiliki tanggal dan bulan kelahiran yang sama dengan dirinya, yakni sama-sama kelahiran tanggal 31 Desember. Hanya tahun kelahirannya berbeda dua tahun.
“Saya percaya, nama unik saya dan istri itu yang mendatangkan berkah atau hoki. Terbukti awal kami menikah, kami tergolong keluarga miskin. Untuk makan sehari-hari saja kami kesusahan,” tutur bapak tiga anak perempuan ini.
Dia menuturkan, setelah dua bulan menikah, bekerja supir truk jurusan Bali-Jawa. Untuk pekerjaannya ini dia lakuninya dengan tekun karena dia bertekad ingin hidup yang lebih layak dan lebih baik. “Dari hasil bekerja sebagai supir truk, saya tabung sedikit-sedikit, walaupun hasilnya tidak seberapa tapi tetap saya sisihkan untuk masa depan anak-anak kami,” katanya.
Namun, petaka muncul. Truk yang dikemudikannya jatuh ke sungai di Penyalin, Tabanan dengan kedalaman lebih dari lima 10 meter, dengan posisi truk terbalik, sementara barang-barang muatannya berhamburan.
“Ajaib, entah karena nama saya dan istri yang unik atau hanya kebetulan saja, yang jelas saya selamat dalam kecelakaan tersebut,” ucapnya. Kabar kecelakaan tragis terdengar sampai ke rumah. Semua keluargaa panik terlebih tersiar kabar kalau dirinya meninggal dalam kecelakaan tersebut.
Keluarga dan tetangga sudah semua berkumpul di rumah untuk mempersiapkan segala sesuatunya karena mereka yakin saya tidak selamat dalam kecelakaan itu,sampai kemudian dia muncul dalam keadaan sehat bugar.
Sejak itulah Dewa Ketut Kantor memutuskan berhenti menjadi supir truk dan memilik berjualan sate languan (sate ikan laut) dan sate babi. Tiap hari bersama istri berjualan di pasar senggol Yehembang. “Hasilnya saya gunakan untuk keperluan rumah tangga sehari-hari dan sebagian saya tabung,” imbuhnya. Berkat ketekunan dan keuletannya, pasutri ini mulai meraih sukses.
Mereka bisa sukses menyekolahkan anak-anaknya, walau sampai jenjang SMA dan sekaligus bisa membangun rumah yang cukup besar. Lebih penting lagi, di desanya keluarga Dewa Kantor tidak lagi tercatat sebagai KK miskin (dar)