Jakarta – Saat webinar bertema Usaha Budidaya Kerapu di Masa Pandemi
yang diselenggarakan oleh Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP)
Situbondo, Senin (09/11), Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet
Soebjakto mengatakan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mendorong
agar selama pendemi, bisnis ikan kerapu terus berjalan karena merupakan salah
satu komoditas ekspor kelautan dan perikanan nasional.
“Memang di masa pandemi covid ini, terus terang saja diawal-awal kita banyak
mengalami permasalahan, khususnya untuk budidaya dan juga lebih khusus lagi
mengenai ekspor kerapu,” ujar Slamet.
Ia menjelaskan bahwa kendala budidaya kerapu yang terjadi pada saat awal
pandemi diantaranya terkait logistik, sarana dan prasarana, transportasi dan
lainnya. Selain itu, kondisi pasar baik lokal maupun ekspor juga terkendala.
“Namun semakin kesini, masalah tersebut sudah mulai pulih walaupun belum
sepenuhnya normal kembali seperti dulu-dulu sebelum pandemi. Ini yang harus
betul-betul kita dongkrak kedepan,” tuturnya.
Lanjut Slamet, upaya-upaya pemerintah dalam mendongkrak kembali budidaya
kerapu cukup banyak. Diantaranya, melalui Ditjen Perikanan Budidaya, KKP sudah
mengeluarkan surat ederan terkait dengan SOP untuk penanganan ekspor kerapu
pada saat era pandemi ini.
Selain itu, bantuan langsung berupa benih berkualitas dan induk unggul kerapu
yang diproduksi Unit Pelaksana Teknis (UPT) juga terus ditingkatkan.
“Aturan-aturan sekarang sudah memperlakukan satu peningkatan ataupun satu
nafas untuk bisa meningkatkan ekspor kerapu yaitu dengan tidak dibatasinya
lagi gross-tonnage ataupun ukuran tonase kapal angkut.
Dan juga tidak dibatasinya lagi berapa kali keluar masuk kapal-kapal yang
mengangkut kerapu hidup untuk ekspor, termasuk juga pelabuhan muat singgah,”
jelas Slamet.
Menurut Slamet, hal tersebut menunjukkan dari sisi kebijakan merupakan
dukungan yang luar biasa dari pemerintah. “Kita juga terus mendukung
pembudidayaan baik kerapu maupun ikan-ikan laut yang lain, seperti kakap,
bawal bintang dan lobster,” tambahnya.
Kinerja ekspor kerapu yang mulai berjalan normal kembali akan memicu geliat
usaha budidaya kerapu yang dilakukan masyarakat mulai dari pembenihan hingga
pembesaran.
“Kita berharap budidaya kerapu bisa bergairah kembali, termasuk benih-benih
harus dimanfaatkan untuk kepentingan budidaya di dalam negeri. Peningkatan
produksi budidaya bisa meningkatkan tingkat konsumsi ikan secara nasional pula
untuk peningkatan gizi masyarakat untuk mengurangi stunting,” sebut Slamet.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) KKP, Rina menjelaskan bahwa BKIPM saat ini
juga terus mempercepat dan membantu menyelesaikan lalu lintas ikan hidup agar
tetap berjalan dengan baik di masa pandemi ini.
“Kita juga paham bahwa sekarang tidak ada lagi dibatasi gross-tonnage kapal,
berapa kali keluarnya. Tetapi kami masih tetap memerlukan informasi dimana dan
kapan, supaya teman-teman BKIPM siap di tempat untuk melayani kalau dia akan
ekspor misalnya dengan kapal-kapal Hongkong yang ada di pulau-pulau kecil,”
imbuh Rina.
Rina memaparkan bahwa ekspor kerapu hidup melalui UPT BKIPM tertinggi adalah
ke Vietnam puncaknya pada tahun 2019 dimana lebih dari 10 juta ekor kerapu
yang ekspor ke Vietnam.
Tetapi di tahun 2020 yaitu hingga bulan Oktober mengalami penurunan yaitu
hanya 3 juta lebih ekor saja karena adanya dampak dari pandemi.
“Kalau kita lihat maka ada 5 besar pengekspor kerapu hidup yaitu Vietnam,
Malaysia, Hongkong, Thailand dan Brunei Darussalam. Dan yang dikeluarkan itu
bukan hanya kerapu hidup saja ada kerapu beku atau kerapu segar beku dimana
ekspor terbesar ke Taiwan, Malaysia, Singapura, Hongkong dan Amerika Serikat,”
pungkas Rina.
BKIPM juga telah mengatur alur proses penerbitan sertifikat kesehatan ikan
ekspor dan keluar antar area berbasis Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB).
Serta, mengatur tentang alur tindakan karantina dan pelayanan sertifikasi
kesehatan ikan ekspor komoditi kakap dan kerapu di atas kapal pengangkut ikan
selama pandemi Covid-19.
Ketua Umum Himpunan Pembudidaya Ikan Laut Indonesia, Effendy Wong, pada
kesempatan yang sama mengatakan bahwa pandemi Covid-19 menghantam pembudidaya.
“Sekarang dengan adanya Covid-19 ini, kita terpuruk, saya harapkan
pelaku-pelaku usaha budidaya tidak terlalu berpatah hati. Memang saja, saya
sadari kita menghadapi ini sekarang. Tapi kita harus antusias kedepan ini
harus bisa membaik,” ujarnya.
Effendy berharap kedepannya pangsa pasar lokal untuk ikan kerapu akan
terbentuk dan tidak lagi mencari pasar.
“Dan harapan saya, pasar lokal ini sangat menjanjikan kedepan. Mari kita
bentuk pasarnya, bukan kita menunggu pasar. Jadi istilahnya, bagaimana kita
mengadakan promosi-promosi atau sebagainya dan terutama bagaimana cara kita
supaya mendorong konsumsi ikan lokal bisa meningkat, terutama ikan-ikan hasil
budidaya,” imbuhnya.
Menurut Effendy, memang pertamanya untuk pasar lokal agak sulit karena kerapu
termasuk komoditas untuk konsumsi kelas menengah ke atas. Namun, dapat
diproduksi dengan biaya produksi rendah.
“Kita pikirkan bagaimana caranya membudidayakan ikan untuk menekan biaya
produksi. Bagaimana menjaga kualitas benihnya, bagaimana supaya biaya biaya
produksinya bisa terendah. Ternyata budidaya kerapu untuk pasar lokal bisa
terpenuhi dan sangat bisa memberikan keuntungan juga,” tandas Effendy. (imh)