Komisi Film Kecewa Pelaksanaan Bali Makarya Film Festival

Pelaksanaan Bali Makarya Film Festival disayangkan Komisi Film Bali karena tidak memberi ruang lebih luas bagi masyarakat untuk terlibat.

29 Oktober 2022, 23:37 WIB

DenpasarKomisi Film Bali menyatakan kekecewaannya dengan gelaran Bali Makarya Film Festival yang dinilai tidak memberi ruang yang luas bagi pegiat film di Bali.

Kekecewaan itu disampaikan Ketua Komisi Film Bali I Gusti Made Aryadi dalam konferensi pers di Dharma Negara Alaya atau DNA di Denpasar, Sabtu (29/10/2022).

Menurut Gusti Aryadi, even tersebut memang banyak memutar film-film luar yang cukup berkualitas.

“Tetapi ada tidak, kesempatan ruang ruang bagi kami, para pegiat film di Bali untuk terlibat, tidak ada,” ujarnya didampingi pegiat seni dan film Bali seperti I Made Adnyana, Hai Puja dan Dendy

Gusti Aryadi mengaku mendapat undangan pembukaan dan awarding, dirinya tidak datang sebagai bentuk ketidaksetujuan.

Menurutnya, gelaran Bali Makarya Film Festival sebelumnya memiliki masalah yang belum tuntas penyelesaiannya dan kini malah dilanjutkan kegiatannya.

Keberadaan pegiat seni atau film lokal Bali seolah tidak dihargai padahal mereka sangat berjasa dalam membesarkan mengangkat even Bali Makarya Film Festival.

Untuk itu, pihaknya dengan tegas tidak akan menyetujui apapun bentuknya seperti program yang terkait Bali Makarya Film Festival.

Bahkan, tahun depan pihaknya akan berdiskusi dengan pemerintah agar tidak ada gelaran Bali Makarya Film Festival di Bali.

“Saya sudah mengultimatum keras dan ini sebagai bentuk kekecewaan kami dan pegiat film di luar komisi, sudah menyuarakan ini,” tandasnya

Ditegaskannya, keberadaan lembaga yang dipimpinnya itu tidak lain untuk menjadi tuan rumah di Bali.

“Kami ingin mengangkat konten konten Bali secara luas,” katanya menegaskan.

Pihaknya ingin membangun ekosistem perfileman di Bali dan setelah berjalan maka industri film juga akan bergerak berbarengan. Dengan demikian pasti berdampak positif bagi pelaku film yang ada di Bali pada SDM dan akhirnya bisa berkegiatan.

Komisi Film Bali ingin merangkul semua para pelaku film atau sineas Bali untuk membangun ekosistem dan menggiatkan industri agar Bali tidak hanya menjadi penonton di tempat sendiri.

Tetapi bagaimana Bali bisa menjadi tuan rumah, memimpin layanan produksi film baik dari Jakarta atau luar negeri.

“Bagaimana nanti caranya kedepan memiliki SDM berstandar, skill di bidang masing-masing seperti sinematografi, penyutradaraan, enata suara dan lainnya bisa terlibat langsung di produksi itu,” tukasnya.

Pegiat Film dan Musik Bali Made Adnyana menambahkan, banyak pihak yang mengaku, menjual nama ke luar negeri atau produser, studio luar negeri , bahwa mereka bisa menyiapkan segala hal di Bali misalkan butuh tenaga lighting semua bisa.

Lanjutnya, ketika itu terjadi maka lagi-lagi orang Bali atau pegiat lokal Bali tidak terlibat alias tersingkir.

Hal itulah yang menjadi keluh kesah selama ini, orang dengan mudahnya,, menawarkan, menyediakan jasa-jasa profesional berbagai bidang itu, jasa hunting lokasi dan seterusnya.

“Padahal di Bali itu agak riskan menyangkut budaya kalau ditangani bukan orang yang paham, nanti bisa-bisa yang tampil di layar itu keliru,” katanya mengingatkan. ***

Artikel Lainnya

Terkini