Gianyar – Dua komposer bereputasi internasional, yakni I Wayan Gde Yudane dan Dewa Alit terus berkreasi dalam mengangkat dan memberi makna baru terhadap Gamelan Bali.
Setelah menampilkan sekian komponis muda dalam serangkaian program berkala, Komponis Kini #5 terbilang khusus karena menghadirkan karya-karya terkini dua komposer bereputasi internasional, yakni I Wayan Gde Yudane dan Dewa Alit.
I Wayan Gde Yudane bersama rOrAs Ensemble menampilkan “Word in Iron”. Sementara Dewa Alit dengan Gamelan Salukat mementaskan komposisi berjudul “Siklus” Jl. Prof. Ida Bagus Mantra No.88A, bypass Ketewel, Sukawati, Gianyar pada Jumat 20 September 2019 .
Komposisi Gde Yudane berjudul “Word in Iron” merupakan komposisi baru yang khusus dibuat untuk Gamelan Selonding. Berangkat dari kompleksitas pola temporal dengan mengambil jumlah maksimum dari pola akar, di atas semua level struktural yang mungkin, Yudana menuangkan karyanya.
Tujuannya membangun ukuran kompleksitas tingkat tinggi yang sesuai gagasan manusia tentang subjektif kompleksitas. Komposisi ini mencerminkan pula kolaborasi kreatif puisi yang ditulis Ketut Yuliarsa.
Gamelan Selonding dipilih Yudana sebagai medium. Selain karena Selonding termasuk dalam kategori gamelan tua, Selonding terbuat dari besi, sebuah medium yang sangat spesifik.
“Saya ingin menggarap Selonding ini tidak lagi berbunyi sebagai Selonding, tetapi berbunyi Besi,“ tutur Yudane. Komposisi “Siklus” buah cipta Dewa Alit terinspirasi dari kehidupan alami masyarakat tradisional yang memakai kalender sebagai pedoman dalam beraktivitas sehari-hari.
Siklus atau kalender itu sendiri tertuang dalam bentuk realisasi aktivitas kehidupan yang inovatif, melahirkan enerji berkualitas tinggi, kemudian diaktualisasikan lewat rangkaian warna-warna bunyi.
Filosofi kalender yang membentuk konsep dipakai untuk mengatur terbentuknya pola-pola ataupun motif-motif, adalah sebagai proses upaya kreatif.
Perputaran aspek-aspek alamiah yang berulang-ulang merefleksikan pengejawantahan nilai-nilai dari isi kalender itu sendiri, adalah struktur keseluruhan wujud komposisi musik.
Program Komponis Kini sebagai upaya mengubah paradigma atau cara pandang dan stereotif terhadap gamelan Bali. Para komposer yang tampil berupaya memberikan sebentuk penyikapan baru atas alat musik gamelan Bali.
Program ini mengedepankan bukan semata konservasi, namun terutama adalah eksplorasi mendalam terhadap ragam komposisi musikal ini; sebuah penciptaan baru melampaui kebakuan, akan tetapi tetap merefleksikan filosofis tertentu.
Diharapkan peristiwa pentas New Music for Gamelan yang telah dimulai di Bentara Budaya Bali delapan tahun lalu dapat dibaca sebagai sebuah gerakan kebudayaan baru.
Komponis Kini 2019 merujuk tajuk “A Tribute to Wayan Beratha”, tidak lain adalah sebuah penghargaan dan penghormatan mendalam kepada maestro gamelan yang karya-karyanya terbilang immortal.
Komponis Kini diprogramkan secara terencana dan berkelanjutan, bertujuan untuk menciptakan atmosfer berkesenian bagi seniman-seniman gamelan di Bali dan di tanah air, dengan mengedepankan upaya-upaya penciptaan baru (new music dan new gamelan). (riz)