![]() |
Amin Rais, Hatta Rajasa dan Zulkifli Hasan dalam sebuah kesempatan (foto : tempo) |
Kabarnusa.com – PAN lahir sebagai sebuah kehendak sejarah ditengah hiruk pikuk reformasi. Partai yang kehadirannya sebagai anti tesa orde baru yang tiran penuh dengan kolusi, korupsi dan nepotisme. Sebuah cita cita besar reformasi yang sampai saat ini pencapaiannya masih setinggi bukit dari gagasan awal yang membentang setinggi langit. Kongres PAN ke IV inilah sebagai momentum besar untuk menggagas kembali reformasi gelombang kedua sebagai momentum pembeda.
Meluruskan kembali cita cita yang mulai melenceng, tentu saja semua ini dimulai dari internal partai sendiri. PAN harus mulai berpikir untuk membangun sebuah sistem pengelolaan partai yang modern di mana dalam menjalankan roda organisasinya mengedepankan meried sistem yang tidak bergantung pada sosok, figur sentral yang dominan.
Harus belajar dibiasakan agar mekanisme demokratis dalam setiap pengambilan keputusan strategis yang berkaitan dengan sikap partai baik itu untuk internal maupun eksternal harus melibatkan berbagai elemen sebagai stakeholder partai melalui musyawarah untuk mufakat.
Untuk menjadi partai yang modern ada beberapa hal yang perlu di bahas secara serius dalam kongres kali ini antara lain pertama, mengenai garis perjuangan partai. Pada setiap periodesasi kepengurusan harus diawali dengan penyadaran kolektif bahwa kepemimpinan yang hendak dibangun difokuskan kepada usaha usaha untuk meraih kemenangan dalam kompetisi demokratik pemilu lima tahunan.
Kesadaran ini berangkat dari asumsi bahwa eksistensi partai yang merupakan prasyarat dalam merealisasikan cita cita perjuangan partai hanya dapat dicapai melalui perolehan suara dan kursi sebanyak banyaknya dalam pemilu. Oleh karena itu perlu disiapkan sistem organisasi yang modern, kader kader handal yang cerdas merespon perubahan serta terus menerus memelihara kepercayaan konstituen sehingga unggul disetiap kompetisi politik baik itu pilkada maupun pemilu.
Kedua, mengenai sistem perkaderan yang handal. Kader adalah eleman utama partai yang harus slalu siap berjuang dan berkorban dalam kondisi apapun untuk mewujudkan tujuan partai. Setiap kader harus memiliki kecintaan pada partai dan mempunyai kemampuan untuk mendorong terjadinya perubahan, sosok pembaharu dilingkungannya dan berupaya meningkatkan kinerja organisasi sekaligus dapat berfungsi sebagai penggerak/pemimpin yang adil dan bertanggung jawab terhadap keberlangsungan hidup partai.
PAN harus mampu mencetak kader yang berkarakter yang berlandaskan pada keyakinan ideologis, khatam tentang ayat ayat konstitusi dan figur revolusioner dalam membangun peradaban bangsa dalam bingkai kebhinekaan.
Partai harus mampu menjamin menjamin regenerasi dan keberlanjutan eksistensi partai sehingga memiliki kesiapan untuk melakukan perjuangan jangka panjang. Partai juga harus mau membuka diri untuk mengajak tokoh tokoh muda potensial dari berbagai organisasi kepemudaan dengan rekam jejak panjang dalam hal kaderisasi kepemimpinan.
Hal yang saat ini sudah dilakukan adalah sebuah tradisi bagus untuk tetap dilanjutkan. Ketiga, soal bagaimana menjadi partai yang dicintai rakyat. Sebagai partai yang bertumpu dan berlandaskan pada moral agama kuat yang bersifat inklusif maka dalam gerak langkah perjuangannya kader harus memiliki motivasi yang kuat bahwa jerih payah dan pengorbanannya didedikasikan sepenuhnya kepada rakyat serta meyakini bahwa yang diperjuangkannya adalah bagian dari ibadah.
Motivasi seperti ini, akan menjadi jaminan lahirnya kader yang berkarakter, memiliki dedikasi yang tinggi terhadap tugas yang diamanahkan rakyat kepada setiap kader baik yang saat ini sedang menjabat baik di eksekutif maupun di legislatif.
Kecintaan dan rasa ikut memiliki partai akan datang dengan sendirinya dari rakyat bila setiap kader sadar akan tugas sejarah yang diembannya
Keempat, mengenai membangun partai modern. Untuk menjadi partai yang kuat dan kokoh dari segala macam terpaan gelombang perubahan maka harus dibangun pula sebuah sistem pengelolaan partai yang modern. Dalam pengelolaan partai, menggunakan manajemen organisasi modern berbasiskan teknologi mutakhir, transparan dan terbuka.
Juga , menjunjung tinggi etika politik serta menerapkan prinsip meritokrasi sehingga tercipta suasana yang sehat. Setiap kader yang berprestasi harus diberikan kesempatan yang sama untuk menduduki jabatan politik tanpa ada kolusi, nepotisme atau karena faktor hubungan kekeluargaan.
Sejalan semakin kuatnya sistem pengelolaan partai yang modern maka secara bertahap akan terjadi transformasi model kepemimpinan dari kharismatis menjadi sestemis dan rasional.
Dari kepemimpianan individual menjadi kolektif kolegial di satu sisi soal pemilihan ketua umum yang menjadi salah satu agenda utama kongres mendatang, setiap calon wajib hukumnya untuk merespon secara serius ide dan gagasan yang membangun partai menuju partai modern ini.
Soal siapa yang mampu mengemban amanah ini tentu setiap kader pemilik hak suara telah memiliki rekam jejak dan mampu menilai dan melihat secara rasional prestasi masing masing kandidat mengenai apa yang telah dilakukan dan apa yang telah diberikan untuk kemajuan partai.
Yang paling penting dari semua ini adalah bahwa sebagai partai yang menggawangi lahirnya reformasi tentu setiap kader berkewajiban untuk menjaga agar cita cita reformasi yakni anti korupsi, kolusi dan nepotisme agar selalu selalu dilaksanakan di setiap kesempatan termasuk didalamnya soal pemilihan ketua umum kali ini. Walahualambisowab selamat berkongres
Muhamad Adnan Rarasina- Ketua DPP Bidang Politik Garda Muda Nasional (DPP GMN)