Koster Tegaskan Konsisten Perkuat Eksistensi Desa Adat di Bali

8 Februari 2018, 17:00 WIB
Pasangan KBS-ACE hadir dalam simakrama dengan masyarakat di Bedulu, Blahbatuh Kabupaten Gianyar

GIANYAR – Masyarakat Bali memiliki karakteristik berbeda dengan masyarakat lainnya di Tanah Air karena kehidupannya senantiasa bersandarkan pada ajaran Hindu, adat dan budaya serta keseimbangan alam.

“Masyarakat Bali di tengah kemajuan teknologi, tetap memiliki keadaban dan estetika yang bersumber dari adat istiadat dan kearifan lokal,” tegas calon Gubernur Bali I Wayan Koster saat simakrama dengan ratusan kader, warga, tokoh agama dan masyarakat lainnya di Wantilan Jaba Samuan Tiga, Bedulu, Blahbatuh, Gianyar, Kamis (8/2/2018).

Menurut Cagub yang diusung PDI Perjuangan itu, cara hidup masyarakat Bali sudah diatur oleh desa adat. Lewat awig-awig atau perarem, yang mengikat sebagai satu kesatuan hidup dalam komunal.

Bagaimana masyarakat terikat perarem yang meliputi palemahan, parahyangan dan pawongan. Karenanya, keberadaan desa adat memiliki peran penting dan strategis di Bali.

“Negara tidak bisa mengatur desa adat, meski punya aturan, karena dia hidup di masyarakat, adat ada di tengah-tengah masyarakat,” tandas Koster dalam acara dihadiri Ketua Tim Pemenagan KBS-Ace Nyoman Giri Prasta, petugas partai seperti Ketua DPRD Bali Nyoman Adi Wiryatama, Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana, Wakil Bupati Gianyar Made Agus Mahayastra, anggota DPR RI Made Urip dan lainnya.

Pentingnya lembaga adat itulah yang harus dilindungi dalam UU 16 Tahun 2014 tentang Desa, di mana Koster yang juga anggota DPR RI, turut terlibat dalam memperjuangkan eksistensi desa adat. Dia memasukkan ketentuan dalam BAB 13 UU tentang desa adat.

Kemudian, adanya polemik tentang desa adat dan desa dinas di Bali, yang kemudian diberikan kewenangan berbeda untuk dilaksanakan. Akhirnya, baik desa dinas dan adat masing-masing memiliki aturan tersendiri.

“Keberadaan desa adat harus diperkuat, ini saya perjuangkan betul,” tandas Koster yang Ketua DPD PDI Perjuangan Bali itu.

Dalam desa adat, secara jelas mengatur bagaimana sistem subak atau sistem pertanian unik di Bali dan seterusnya. Demikian pula, dengan kebudayaan yang menjadi bagian penting bagi masyarakat Bali.

Budaya sudah menjadi keseharian masyarakat Bali. Orang Bali tak bisa dilepaskan dari budaya yang menjadi bagian hidup sehari-hari mereka. Setiap hari, orang Bali bersentuhan bergumul dengan seni budaya dengan ciri masing-masing di setiap daerah.

Masyarakat Bali juga menyatu dengan alam. Hal ini berbeda dengan daerah lainnya di Nusantara, bahkan Koster menyebutkan, cara hidup semacan ini hanya ditemukan di Pulau Seribu Pura.

Karena keterkaitan dengan alam itulah, maka manusia Bali harus seirama dengan alam. Diistilahkan, bagaimana orang Bali bisa menjalani hidup yang menghidupi atau urip yang menguripi. “Masyarakat Bali sangat menghormati alam, manusia harus seirama dengan alam,” demikian Koster membeber filosofi hidup di Bali. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini