Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Bali Made Suprapta memberikan keterangan pers dalam Lokakarya Jurnalis Peduli Aids |
Denpasar – Masyarakat masih ada yang beranggapan negatif atau melakukan stigma dan perlakuan diskriminatif erhadap penderita atau orang dengan HIV/Aids ( ODHA).
Sekretaris yang juga Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Bali Made Suprapta mengungkapkan hal itu saat menjadi pemateri dalam Lokakarya Jurnalis Peduli Aids di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Bali Jalan Hayam Wuruk, Denpasar, Senin (29/7/2019).
Tentu saja, kondisi tersebut berdampak negatif terhadap upaya penyembuhan seorang penderita HIV/Aids, karena tidak lagi diterima masyarakat. Kenapa masih terjadi stigma, kata Suprapta, karena masyarakat masih banyak yang belum memahami bagaimana memperlakukan ODHA.
Untuk itu, pihaknya terus melakukan gerakan penyadaran, sosialisasi tentang bagaimana pencegahan dan penanggulangan terhadap mereka para ODHA.
Diakuinya, upaya itu tidaklah mudah sebab harus mendapat dukungan banyak pihak terutama mayarakat di sekitar tempat tinggal para ODHA yang melakukan pengobatan, memulai kehidupan baru.
Pihaknya juga melakukan pencegahan bagi mereka yang sudah masuk atau terkena HIV agar jangan sampai masuk ke stadium Aids. Untuk itu diupayakan atau menekan agar tidak bertambah lagi kasus atau orang yang terkena HIV maupun Aids
Hal tersebut kata Suprapta sebagaimana harapan atau yang menjadi target Indonesia bahkan dunia, agar penderita HIV/Aids tidak bertambah lagi. Pendek kata, jumlah ODHA bisa stagnan sehingga sampai 2030, bisa memenuhi target zero infeksi baru atau nol HIV.
Meskipun hal itu agak mustahil namun setidaknya bisa menekan serendah-rendahnya kasus HIV/Aids. Selain itu, tak kalah pentingnya sambung Suprapta, bagaimana menghentikan stigma dan perlakuan diskriminatif terhadap ODHA.
Apalagi, faktanya masih terus terjadi stigma dan diskriminatif di masyarakat terhadap ODHA. Mereka yang dalam perawatan atau yang sudah meninggal sering mendapat perlakuan stigma dan diskriminasi di masyarakat.
“Karena itu, kita perlu melakukan pemahaman dan sosialisasi ke masyarakat, janganlah melakukan stigma karena HIV tidak gampang menular jadi tidak perlu takut,” katanya menegaskan.
Masyarakat diminta untuk memberi kesempatan mereka saat melakukan perawatan diri desa atau di tempat kelahirannya. Itu yang diharapkan, disamping itu dengan terus melakukan pengobatan sehingga jika sudah melakukan upaya pengobatan terus menerus, maka ODHA kondisinya akan bisa lebih baik.
Dalam Lokakarya tersebut juga dipandang penting memperluas jejaring KPA termasuk dengan kalangan media sehinyya dibentuk kepengurusan baru Komunitas Jurnalis Peduli Aids (KJPA) Bali.
Terpilih sebagai Ketua Wirati (Tokoh) dibantu sekretaris Arif Wibosono (Bali Tribune) dan Eriyadi (Nirwana Tv) sebagai bendahara. (rhm)