Literasi media ” memilih siaran yang berkualitas” di Bali yang digelar KPI Pusat |
BADUNG– Masyarakat banyak mengeluhkan program tayangan televisi yang masih jauh dari kualitas seperti pada tayangan infotaiment dan sinetron.
Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Ubaidillah menuturkan, masyarakat banyak mengeluhkan terkait tayangan yang jauh dari kualitas.
“Saat ini masyarakat terus mengeluhkan tayangan-tayangan yang ada. Mereka melihat harusnya tayangan bisa memberikan batasan waktu, baik untuk anak dan keluarga,” ujarnya dalam literasi media yang digelar KPI di Hotel Trans Bali Selasa 30 Oktober 2018.
Dikatakan, masyarakat sekarang lebih selektif dalam memilih tayangan-tayangan yang baik ataupun tidak saat ditonton oleh mereka apalagi disaat bersama keluarga.
Kualitas tayangan bisa dibilang, belum mampu memberikan dampak yang baik bagi masyarakat seperti tayangan dengan durasi waktu yang berlebihan, tidak terlalu mendidik, maupun sekedar mengejar rating.
Untuk itu, KPI berupaya memberikan sosialisasi terhadap pihak-pihak media sesuai laporan yang didapat dari masyarakat.
Tayangan yang menampilkan hiburan, tidak selamanya bisa memberikan manfaat bagi masyarakat, karena dari segi edukasinya juga tidak terlalu besar manfaatnya. Ia mengharapkan, program yang dibuat, jangan terus menampilkan hal-hal yang bersifat pribadi.
“Misalnya infotainment, selalu mengungkit-ngungkit hal pribadi. Padahal kita tahu itu tidak baik. Memang banyak yang menonton, tapi dari segi edukasinya kan tidak ada,” ucapnya.
Karena itu, dalam Literasi Media yang dihadiri seratus lebih peserta dari kalangan mahasiswa, LSM, perguruan tinggi, organisasi kemasyarakatan hingga media mampu memberikan dampak yang positif bagi masyarakat.
Ubaidillah mengatakan, KPI berusaha untuk terus meningkatkan kualitas tayangan yang ditampilkan ke masyarakat. KPI terus berupaya memberikan yang terbaik kepada masyarakat.
“Banyak kritikan dan masukan yang kami dapat, hal itu yang membuat kami terus ingin mengubah tayangan-tayangan yang berkualitas,” imbuhnya.
Dalam pandangan akademisi Universitas Udayana Wahyu Budi Nugroho, program tayangan televisi belum bisa melepaskan dari dari kepentingan pemilik atau bias politik.
Menurutnya, ada konglomerasi media di mana sejumlah pengusaha televisi pemiliknya berafiliasi ke partai politik tertentu sehingga sulit mengharapkan bisa bersikap independen.
Dia juga menyoroti program tayangan seperti sinetron yang tidak memberikan edukasi kepada penonton khususnya kaum muda karena lebih banyak mengumbar gaya hidup hedonisme dan serba instan. (rhm)