Bahkan, sebanyak 132 juta individu belum memiliki akses kepada kredit.
“Kami akan coba edukasi ke masyarakat gunakan P2P Lending untuk sesuatu yang produktif,” kata Made Wisnu Saputra menegaskan.
Tahun 2024, AFPI akan lebih memfokuskan untuk menggarap 75 persen kredit produktif pada 2024 untuk mendukung UMKM.
Ultah UGM ke-74, Kagama Bali Tanam 2.000 Mangrove di Teluk Benoa
Bagaimana realisasi kredit bisa ke sektor produktif dan penyelenggara (teknologi keuangan) diharuskan untuk portofolio pinjaman produktif, tidak hanya fokus di konsumtif.
Lebih jauh, catatan AFPI realisasi pinjaman didominasi kredit konsumtif per September 2023,
Kredit konsumtif mencapai Rp12,9 triliun.
Jumlah itu jauh di atas realisasi kredit produktif P2P Lending yanh secara nasional mencapai Rp7,8 triliun.
Nobar Series Maxstream ‘Bandelnya Judith’, Telkomsel Dukung Konten Kreatif bagi Industri Film Nasional
Dicontohkan, saat ini lebih banyak kredit konsumtif seperti gaya hidup.
Di pihak lain, dia menjelaskan potensi industri fintech yang bisa mengoptimalkan realisasi kredit atau pembiayaan yang belum sepenuhnya bisa dipenuhi industri jasa keuangan konvensional.
Diketahui, sejak 2018 sampai September 2023, pelaku usaha P2P Lending telah menyalurkan Rp8,79 triliun. Besaran pinjaman pada Januari-September 2023 ssbanyak Rp846,5 miliar.
Majukan Dunia Olahraga, bank bjb Dukung PORTUE Bandung Championship
Dalam diskusi yang dibuka Kepala Otoritas Jasa Keuangan Provinsi Bali Kristrianti Puji Rahayu itu juga terungkap selain tingginya minat masyarakat berinvestasi namun juga tak sedikit yang menjadi korban investasi ilegal tidak berizin.
Karenanya, AFPI akan terus menerus melakukan edukasi dan literasi agar masyarakat aware atau peduli mana investasi yang legal dan ilegal.
Diskusi dipandu Kepala Bagian Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Bali I Gusti Bagus Adi Wijaya, juga menghadirkan Kanit IV Subdit V Direskrimsus Polda Bali AKP I Made Martadi Diputra.***