Yogyakarta – Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya menargetkan, pada akhir 2024 mendatang akan ada 23.750 titik biopori.
Aman Yuriadijaya menyatakan, untuk menangani total produksi sampah Kota Yogyakarta yang notabenenya per hari mencapai sekitar 200 ton, Pemkot Yogyakarta terus mendorong bank sampah.
Menurutnya, keberadaan bank sampah, tidak hanya berperan mengolah sampah anorganik, namun juga organik.
Pernyataan tersebut disampaikan Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Yogyakarta sekaligus Ketua Forum Bank Sampah Kota Yogyakarta saat launching bank sampah Rabu 26 Juni 2024.
“Sejauh ini bank sampah telah mampu menekan sampah anorganik yang mana presentasenya mencapai 30 persen dari seluruh produksi sampah di Kota,” tandas Aman Yuriadijaya.
Salah satunya yang terus digencarkan adalah gerakan zero sampah anorganik oleh bank sampah.
“Gerakan ini mampu mengurangi hingga 100 ton sampah. Yang semula 300 ton, sekarang tersisa 200 ton yang harus dikelola oleh kita (pemkot)”, kata Aman Yuriadijaya,
Pihaknya menargetkan, pada akhir 2024 mendatang harapannya akan ada 23.750 titik biopori yang tersebar di Kota Yogyakarta.
Nantinya, titik biopori inilah yang tercatat dalam aplikasi bank sampah.
Aplikasi ini telah resmi diluncurkan pada gelaran puncak perayaan Hari Lingkungan Hidup sedunia di Embung Giwangan, Selasa 25 Juni 2024.
“Ada datanya, by name by address. Nanti akan ketahuan sudah difungsikan atau belum, bisa akan terdeteksi.
Setelah sisa sampah sudah tidak 200 ton perhari lagi, harapannya yang di hilir bisa lebih optimal dan Jogja menjadi lebih bersih,” harapnya.
“Jadi adanya aplikasi ini, agar masyarakat bisa lebih mandiri mengolah sampah organik skala rumah tangga yang kemudian seluruh rumah tangga yang punya biopori akan tercatat dalam aplikasi bank sampah”, paparnya.
Pihaknya mengajak pemangku wilayah turut mengawal keberhasilan pengelolaan sampah organik berskala rumah tangga itu di wilayahnya masing-masing.
Sebelumnya, Kabid Pengembangan Kapasitas dan Pengawasan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Jogja Christina Endang Setyowati menjelaskan aplikasi pada peta sebaran biopori dalam aplikasi bank sampah ini , akan tersaji informasi berupa titik lokasi biopori, asal program biopori, nama bank sampah penerima biopori, serta jumlah biopori yang dimanfaatkan.
“Sampai saat ini pengelolaan sampah dengan metode biopori telah tersebar pada sebanyak 10.280 KK di 14 kemantren dan 45 kelurahan yang ada di Kota Jogja,” ungkapnya.***