Lebih Dekat Dengan Museum Beber Sekartaji Bantul, Meskipun Kecil Mendunia Seperti Apa?

Pemilik dan sekaligus pendiri Museum Wayang Beber Sekartaji Indra Suroinggeno mengatakan museum ini menanamkan semangat membumikan Pancasila yang tidak hanya ditanamkan dari koleksinya, namun juga semangat di wilayah ini

15 November 2024, 14:25 WIB

Yogyakarta – Museum Wayang Beber Sekartaji di Kabupaten Bantul Yogyakarta meskipun tidak luas atau kecil namun keberadaannya dikenal sampai dunia.

Museum identik dengan tempat yang cukup luas bahkan bangunan bertingkat, namun berbeda pada museum yang terletak di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang dibangun dalam bangunan rumah warga bergaya kuno/tradisional.

Museum itu bernama Wayang Beber Sekartaji, museum ini dibangun pada tahun 2017.

Pemilik dan sekaligus pendiri Museum Wayang Beber Sekartaji Indra Suroinggeno mengatakan museum ini menanamkan semangat membumikan Pancasila yang tidak hanya ditanamkan dari koleksinya, namun juga semangat di wilayah ini.

“Kami ingin mengubah kesan bahwa museum itu tidak harus megah. Jadi, museum Wayang Beber Sekartaji ini meskipun kecil tapi mendunia,” katanya, Selasa 11 November 2024.

Menariknya, Museum Wayang Beber Sekartaji bergerak dan memiliki Lontar Kakawin Sutasoma asli yang merupakan turunan putran, bahkan panjang lontarnya saja tidak dimiliki Museum lainnya di Indonesia.

Lontar Kakawin Sutasoma tersebut dibentangkan di hadapan para jurnalis. Lontar kuno dan istimewa ini diperoleh dari Lombok Nusa Tenggara Barat. Isinya tentang kisah Sutasoma.

Untuk mendapatkan daun lontar sepanjang ini sangat susah, karena ini berkaitan dengan Tri Hita Karana, bagaiman kita merawat alam.

“Alam yang sekarang ini sulit untuk menciptakan daun selebar ini,” kata Indra.

Kakawin Sutasoma yang diciptakan Empu Tantular untuk menyatukan, dimana secara kronologi ‘tidak dicontoh secara kulit namun rohnya’ zaman dulu Hindu dan Budha digabung menjadi satu agam yang ada di Nusantara yaitu aliran Siwa Budha.

Kata Indra, aliran ini mempercayai bahwa semua itu satu, bahkan dalam sloka-sloka Sutasoma dikatakan bahwa di dalam Siwa terdapat Sang Yang Adi Budha, di dalam Wisnu ada Siwa.

“Hanya saja, saat kami kemarin di Jakarta, di BPIP, Kemenko PMK, ternyata belum mengenal siapa itu Sutasoma.

Jika diarrikan Sutasoma itu kalau diartikan bahasa kawinya adalah Pangeran Bulan, cahaya yang menyinari tapi tidak menyilaukan.

Karenanya, terinspirasi dari Lontar Kakawin Sutasoma inilah tercipta Wayang Beber Pancasila, yang digambar dan dimainkan sendiri oleh dirinya.

Adapun koleksi lainnya, pengunjung juga bisa melihat diantaranya seperti pembuatan Kertas Dluwang yang pertama di Yogyakarta, serit rambut emas peninggalan abad ke-8 yang berasal dari daerah Blora.

Kendati tergolong baru, ternyata sudah ada ribuan wisatawan domestik maupun mancangara setiap tahun mengunjunginya. Sebagian pengunjung yang datang ke museum ini bertujuan untuk penelitian.

Disebutkan Indra, dalam setahun sekitar 50an wisatawan mancanegara, antara lain peneliti maupun wisatawan asing.

Wisatawan mancanegara yang datang kesana antara lain berasal dari Malaysia, Singapura, Belanda, Arab Saudi, Amerika Serikat, Italia, Jerman, Inggris, Yunani, Kroasia, dan Yugoslavia.

Sedangkan wisatawan domestik yang berkunjung ke sana mencapai sekitar 2.500 orang per tahun yakni diantaranya dari pulau Jawa, Sumatra, Sulawesi dan Bali.

Disamping itu, juga beberapa kali mempromosikan museum tersebut melalui media sosial dan beberapa media internasional juga turut meliput museum tersebut.

“Tahun lalu ada media dari Singapura, Jerman dan China yang meliput kami. Banyak profesor dari luar juga kesini,” katanya.

Tidak berdiri sendiri, museum ini juga dirintis bersama Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Almira.

Sekretaris Kelompok Sadar Wisata Almira Sumbermulyo Bambanglipuro Bantul, Oktavolama Akbar Budi Santosa mengatakan, tempat ini menjadi salah satu mimpi besar DIY terutama dengan mengembangkan kawasan pesisir Selatan.

“Komunitas remajanya juga ada, jadi intinya kita akan ada lima lokasi di kawasan kampung ini, yang nantinya akan setiap sila itu akan tersirat di dalam setiap lokasi, setiap unit museum,” ujar Akbar Budi.

Keberadaan museum wayang tersebut mampu meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar dan turut mempromosikan potensi lain yang ada di Sumbermulyo.

Museum Beber Sekarjati memiliki kegiatan rutin dalam menggaungkan Pancasila yakni setiap tanggal 1 Juni menggelar Merti Wayang Beber Pancasila dengan melibatkan seribu lebih orang yang mementaskan 24 jam dari berbagai sanggar, kemudian ada doa bersama dengan lima tokoh agama dan diarak dengan atribut Garuda Arupabumi.

Selain Museum Beber, di wilayah ini terdapat potensi wisata lainnya seperti Candi Ganjuran, Kebun Anggur, hingga Wisata Eco Printing.

Saat ini juga tengah mengembangkan diri sebagai kampung anggur dan anggrek. Dua komoditas tersebut dibudidayakan dan hasil penanamannya dikembangkan menjadi berbagai makanan dan minuman olahan.

“Kami masih membutuhkan dukungan dari pemerintah untuk mempromosikan wisata yang ada disini, supaya wisatawan dari luar bisa datang ke sini lagi,” harapnya.

Dalam kesempatan yanga sama, Ketua Komisi A DPRD DIY, Eko Suwanto mengaku sangat kagum dengan upaya yang dilakukan di tengah pedesaan di Kabupaten Bantul dalam menggaungkan Pancasila.

Pihaknya akan berupaya mendukung agar museum tersebut dapat dikunjungi lebih banyak wisatawan.

Sekartaji ini agak berbeda, yang konon disana adalah kekasihnya Panji dalam versi cerita, disini Sekartaji yang dihadirkan lebih tua.

“Jadi kita menuju pusat energi Sang Yang Agung Tuhan, yang itu membentuk makna semedi itu satu. Ini harus terus kita dukung pengembangannya,” tutupnya. ***

Artikel Lainnya

Terkini