LPB NU Gelar Pengkajian Risiko dan Penanggulangan Bencana Daerah

18 April 2017, 18:07 WIB

KUDUS – Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) menyelenggarakan Pelatihan Penyusunan Kajian Risiko Bencana sebagai rangkaian Program Penguatan Kapasitas Pemerintah dan Masyarakat Lokal dalam Kesiapsiagaan untuk Respon Bencana yang cepat dan efektif.

Setelah penyelenggaraan pelatihan tahap pertama memperkenalkan dan mengaplikasikan aplikasi Java Open Street Map (JOSM) yang merupakan sumber terbuka (open sources), sebagai salah satu tools dalam penanggulangan bencana alam, pada tahap kedua yaitu terkait dengan Quantum Geography Information System (QGIS) dan Ina SAFE

Output dari pelatihan yang didukung Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Australia itu tersusunya peta risiko bencana (peta ancaman, peta kerentanan dan peta kapasitas) dan juga tersusunya kajian risiko bencana di kabupaten Barru dan Wajo (Sulawesi Selatan)

Adi Widardo mewakili Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Jawa Tengah¸ mengingatkan pentingya kegiatan pra bencana, diantaranya prnyusunan perencanaan dalam penanggulangan bencana dengan mengacu pada kajian risiko bencana,

Saat ini, masih banyak yang hanya konsern pada saat bencana, untuk itu BPBD mengapresiasi kepada LPBI NU yang telah menfasilitasi penyusunan kajian risiko di kabupaten Kudus dan Jepara Jawa Tengah.

Pelatihan dibuka KH. Ulib Albab Arwani Rois Syuriah PCNU Kudus yang menyampaikan pentingnya pencegahan bencana, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Al-qur an sebagai pedoman agama Islam,

“Pelatihan ini merupakan sebuah aksi nyata  LPBI NU yang memberikan manfaat kepada ummat dan masyarakat utamanya dalam bidang penanggulangan bencana,” terangnya, Selasa (18/4/17).

Salah satu tujuan pelatihan ini adalah untuk menerapkan aplikasi Java Open Street Map (JOSM) dalam melakukan pengkajian risiko bencana di suatu daerah. Termasuk di dalamnya memetakan risiko bencana dan mengembangkan skenario dalam melakukan penanggulangan bencana dengan menggunakan perangkat lunak InaSAFE.

Hasil dari kajian risiko tersebut nantinya digunakan sebagai acuan dasar dalam menyusun perencanaan dalam kegiatan dan program penanggulangan bencana suatu daerah/kawasan. Pelatihan Penyusunan Kajian Risiko Bencana ini dipandu Humanitarian Open Street Map Team (HOT).

Diikuti 22 orang peserta yang merupakan perwakilan dari BPBD, OPD Terkait, LPBI NU, Pramuka, PMI, Perguruan Tinggi yang berasal dari Kabupaten Kudus dan Jepara, Jawa Tengah yang telah mengikuti pelatihan tahap 1 (JSOM dan Mapathon).

Pelatihan akan berlangsung selama 5 (lima) hari pada 17 – 21 April 2017 di Hotel @HOM By Horison Kabupaten Kudus Jawa Tengah.

Ketua LPBI NU PBNU, M. Ali Yusuf menyatakan penyusunan rencana dan aksi penanggulangan bencana yang sistematis, terarah dan terpadu, diperlukan dasar yang kuat untuk pemaduan dan penyelarasan arah penyelenggaraan penanggulangan bencana pada suatu daerah/kawasan.

“Di sinilah letak penting adanya kajian risiko bencana sebagai perangkat untuk menilai kemungkinan dan besaran dampak (korban dan kerugian) dari ancaman bencana,” katanya.

Dengan mengetahui kemungkinan dan besaran korban dan kerugian, fokus perencanaan dan keterpaduan penyelenggaraan penanggulangan bencana menjadi lebih efektif. Kajian risiko bencana merupakan dasar untuk menjamin keselarasan arah dan efektivitas penyelenggaraan penanggulangan bencana di suatu daerah/kawasan. (des)

Berita Lainnya

Terkini