LSI: Tingkat Kepercayaan Publik Terhadap Parpol Merosot

14 Februari 2015, 07:04 WIB

Kabarnusa.com – Selama 15 tahun terakhir tingkat kepercayaan publik terhadap tokoh atau elit dan partai politik terus mengalami kemerosotan sehingga berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat.

Dari hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) diketahui, pada pemilu tahun 2009 , tingkat kepercayaan publik terhadap politukus dan parpol masih cukup tinggi sampai ada 60 persen.

Bahkan, tokoh politik seperti Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yuhoyono juga memiliki citra politik yang positif kala itu.

Selain itu, beberapa tokoh lainnya seperti Megawati Soekarnoputri dan Hatta Rajasa dinilai berhasil oleh basis masing-masing partai maupun oleh basis partai lain.

Survei terakhir, jika publik bisa menyuarakan aspirasi mereka apakah ketua umum partai sebaiknya mencalonkan diri sebagai ketua umum partai, Prabowo Subianto ternyata menempati ranking tertinggi sebanyak 67 persen.

Disusul Hatta Rajasa 61 persen, SBY 52 persen sementara Aburizal Bakria dan Megawati masing-masing 45 persen dan 37 persen.

“Menurut publik, Megawati bahkan sebaiknya tidak lagi mencalonkan diri sebagai ketua umum PDIP sebanyak 51 persen lebih besar ketimbang dukungannya,” sebut Direktur Eksekutif LSI Dodi Ambardi dalam diskusi publik tentang parpol yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Denpasar, Jumat 13 Februari 2015.

Hanya saja, sejak beberapa tahun terakhir, masyarakat pemilih mulai menurun tingkat kepercayaanya terhadap partai maupun elit lokal nasional, setelah banyak kader partai terjerat kasus korupsi.

“Korupsi itu berkaitan langsung dengan kepentingan publik demikian juga moral etiknya, sehingga publik sangat berkepentingan dengan hal itu,” kata Dodi.

Akibatnya, parpol yang banyak kadernya terjerat kasus korupsi tergerus tingkat kepercayaannya di mata publik seperti yang menimpa Partai Demokrat,PKS dan lainya.

Merosotnya kepercayaan publik, kata Dodi juga karena berkaitan kinerja dan ketokohan mereka yang semakin jauh dari ekspektasi publik..

Tidak hanya itu, LSI mencatat saat ini, fungsi partai sebagai saluran aspirasi publik dinilai negatif. Parpol lebih banyak memperjuangkan kepentingan sendiri dan kelompoknya ketimbang kepentingan rakyat.

LSI juga menemukan dari hasil survei jika mayoritas pemilih atau konstituen itu mengendaki kepemimpinan partai politik secara teratur sebaiknya berganti dengan tuntutan dan dinamika bangsa bukan mempertahakan status quo seperti sekarang ini.

“Mayoritas publik juga mendukung periode dalam kepengurusan kepemimpinan partai misalnya dua periode atau satu periode saja dan itu dukungan mayoritas hampir semua segmen,” sebut Dodi.

Disebutkan, 60 persen responden menyatakan, kepemimpinan partai mestinya dipegang oleh kaum muda. Pemimpin muda di tubuh partai dianggap lebih sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman.

Untuk PDIP, pemimpin yang diunggulkan adalah Jokowi yang mencapai 36,8 persen sementara Megawati hanya hanya mencapai 23,9 persen saja.

Dalam diskusi yang dipandu Ketua AJI Denpasar Rofiqi Hasan dihadiri kalangan parpol KPU, Bawaslu, LSM, mahasiswa dan elemen masyarakat lainnya, menghadirkan pula pembicara Wakil Ketua DPD PDIP Wayan Sutena, Ketua Fraksi Demokrat DPRD Bali Wayan Adnyana dan Wakil Ketua DPD Partai Golkar I Gusti Putu Wijaya. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini