Yogyakarta – Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menargetkan kawasan Malioboro dapat bertransformasi sepenuhnya menjadi kawasan pedestrian dalam waktu tiga tahun ke depan.
Target jangka panjang tersebut disampaikan Hasto saat ditemui wartawan dalam kegiatan Car Free Day (CFD) Malioboro pada Selasa, 7 Oktober 2025, yang diselenggarakan dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Yogyakarta ke-269.
“Target jangka panjangnya sudah ada… Ya ada orang yang nyebut, pokoknya 3 tahun bisa ya Pak, ya saya jawab bisa, insya Allah,” ujar Hasto.
Namun, Hasto menekankan, ambisi menjadikan Malioboro sebagai kawasan bebas kendaraan bermotor sepenuhnya membutuhkan dukungan infrastruktur yang matang.
Salah satu tantangan utama yang disoroti adalah penataan moda transportasi non-motor, khususnya becak yang jumlahnya mencapai hampir seribu unit.
Untuk memecahkan masalah tersebut, Hasto menawarkan solusi modernisasi bagi becak tradisional, yaitu dengan mengganti tenaga genjotan manusia dengan mesin listrik.
Dia menilai solusi ini dapat menghilangkan beban fisik pengemudi sekaligus mempertahankan nilai budaya becak.
“Kan sebenarnya becak yang genjotan itu bisa kita tempelin mesin listrik, terus pemerintah menyediakan chargernya untuk listrik, kan itu bisa tuh sebetulnya,” jelasnya.
Hasto juga menyebut, opsi ini harus dicari karena memiliki biaya investasi yang tidak terlalu tinggi dan masih mampu dijangkau oleh Pemerintah Kota.
Selain becak, pembenahan jalur kendaraan di kawasan sirip (akses masuk) Malioboro juga menjadi perhatian.
Hasto menggarisbawahi pentingnya mengatasi kemacetan yang kerap terjadi akibat keterbatasan ruang putar balik kendaraan di jalur-jalur sempit.
“Kan di sirip-sirip ini kan mobil harus kita putar balik. Kalau nggak bisa putar balik gimana?” tanyanya.
Ia menambahkan0Pemkot saat ini tengah memikirkan opsi teknis, seperti membuat cekungan putar balik atau mengubah muara sirip menjadi bentuk corong segitiga, untuk mengatasi masalah ruang di tengah kepadatan pedagang. ***