Menantu Sakit Pembengkakan Jantung, Nenek Rukiah Gigih Jualan Lontong

8 Mei 2016, 11:11 WIB

Kabarnusa.com – Lantaran menantunya didera sakit pembengkakan jantung membuat Dadong Rukiah (70) harus bekerja keras menghidupi keluarga dengan berjualan lontong.

”Saya sudah terbiasa hidup melarat sejak kecil. Terapi tetap bersyukur karena selalu diberi rejeki Allah, meskipun hanya cukup makan sehari-hari,” ujar Dadong Rukiah (70) dalam perbincangan dengan wartawan akhir pekan ini.

Nenek yang tinggal di Banjar Tangi, Desa Tegalbadeng Timur, Kecamatan Negara, Jembrana, setahun ini berjualan lontong guna memenuhi kebutuhan keluarga lantaran kemiskinan yang mendera.

sementara sang sumi Bakri (80), sejak lama tidak bisa bekerja lantaran sudah renta dan sakit-sakitan serta matanya sudah rabun.

Belum lagi, dia harus merawat Ilhamiah (35), menantunya yang sakit keras karena pembengkakan jantung.

Dia berjualan, setelah sebelumnya merawat suami dan menantu. Selepas jualan kembali dia harus merawat dua orang yang dicintainya itu.

Dari berjualan lontong, tiap hari dia mendapatkan keuntungan antara antara Rp 20 ribu sampai Rp 50 ribu.

Tentu saja, penghasilan yang minim itu hanya mampu membeli beras dan lauk sederhana.

Hanya kadang. pendapatan itu tidak cukup lantaran lontongnya tidak habis terjual.

Jika lontongnya tidak habis, terpaksa mereka semua makan lontong karena tidak bisa beli beras.

Sebelumnya, dia berjualan selalu dibantu Ilhamiah menantunya. Tapi lantaran sejak lima bulan ini menantunya sakit, dia terpaksa jualan sendiri.

Jika mendapat uang penjualan jualan lontong lebih, dibelikan obat untuk menantu saya.

“Kasihan dia umurnya masih muda sudah sakit keras,” kisahnya ditemani suaminya.

Beruntung belum lama, dadong Rukiah dibantu bedah rumah pemerintah sehingga tempat tinggalnya lebih bersih dan nyaman.

Sebelumnya, rumah yang ditinggalunya bak kandang kambing.

Bangunan dapurnya rusak parah lantaran tidak memiliki uang memperbaikinya. Dia juga baru dibuatkan jamban oleh Komonitas Relawan Jembrana, pimpinan Putu Witari.

Dia sebenarnya memiliki lima orang anak yang bekerja sebagai nelayan dan juga buruh serabutan.

Namun, Kelima anaknya sudah menikah dan bernasib sama dengan dirinya hidup didera kemiskinan.(dar)

Berita Lainnya

Terkini