Denpasar – Tingginya angka perokok anak di Indonesia menjadi alarm serius bagi kesehatan publik. Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan 7,4% anak usia 10–18 tahun telah menjadi perokok aktif, dengan persentase mencengangkan di kelompok 10–14 tahun yang mencapai 18,4%.
Fenomena ini mendesak adanya intervensi edukatif yang kuat dan berkelanjutan, sejalan dengan amanat PP No. 28 Tahun 2024 tentang Pengendalian Konsumsi Rokok.
Menanggapi krisis ini, Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PkM) dari Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Dhyana Pura (FK Undhira) bergerak cepat.

Melalui kolaborasi dengan guru-guru di SDN 27 Pemecutan, tim ini meluncurkan program pelatihan intensif untuk mengembangkan media edukasi anti rokok yang menarik dan interaktif.
SDN 27 Pemecutan menghadapi kendala krusial: tidak tersedianya media edukasi yang sesuai usia dan minimnya program penyuluhan bahaya rokok yang rutin. Penyuluhan sesaat dinilai tidak efektif untuk menanamkan pemahaman jangka panjang.
Dipimpin Ni Komang Sriwisani S., S.K.M., MPH, Tim PkM—yang melibatkan dosen seperti Ni Putu Widya Astuti, S.Si.,M.Si dan Dr. dr. Putu Asih Primatanti, Sp.KJ, serta mahasiswa—menghadirkan solusi yang kreatif dan sistematis.
Kegiatan PkM berlangsung pada 22-24 Oktober 2025 ini berfokus pada peningkatan keterampilan guru. Para guru diberikan pelatihan pembuatan media edukatif berbasis Canva, memungkinkan mereka menciptakan poster visual yang menarik.
Tidak hanya itu, mereka juga dilatih dalam metode penyampaian edukasi yang efektif, meliputi ceramah, diskusi, simulasi, dan praktik integrasi media. Tahap pendampingan memastikan guru mampu mengimplementasikan materi melalui poster, video, dan flipchart kepada siswa.
“Kolaborasi antara dosen, mahasiswa, dan guru menciptakan sinergi positif. Guru mendapatkan keterampilan baru, sementara pesan bahaya rokok dapat diterima siswa dengan baik melalui media yang interaktif,” ujar salah satu anggota tim PkM.
Hasil dari intervensi ini sangat menggembirakan. Evaluasi menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan siswa yang signifikan mengenai bahaya rokok.
Rata-rata nilai pengetahuan siswa melonjak drastis, dari rata-rata 68 menjadi 92. Angka ini menegaskan efektivitas pendekatan visual dan interaktif yang didorong oleh tim Undhira.
Keberhasilan program ini menjadi fondasi penting bagi lingkungan belajar yang sehat. Diharapkan SDN 27 Pemecutan dapat melanjutkan program ini dengan pelatihan berkala dan penyuluhan rutin untuk menjaga relevansi informasi dan memastikan pembentukan pola hidup sehat pada siswa.
Kolaborasi antara Universitas Dhyana Pura dan sekolah diharapkan terus berlanjut. Melalui inovasi edukasi yang berkelanjutan, upaya membangun kesadaran anti rokok sejak dini dapat memberikan dampak jangka panjang bagi kesehatan generasi penerus bangsa. ***

