Mengungkap Kembali Jejak Maestro: Legong dan Kebyar Peliatan Memukau di Balerung

Launching Buku dan Pagelaran Karya Maestro Legong dan Kebyar Anak Agung Gde Ngurah Mandera menjadi jembatan zaman menghidupkan kembali jejak-jejak kejayaan seni tari Bali.

17 Juni 2025, 06:49 WIB

Gianyar– Dalam balutan semangat pelestarian budaya dan penghormatan setinggi-tingginya kepada Anak Agung Gde Ngurah Mandera, seorang maestro seni pertunjukan Bali yang telah mengukir sejarah, Balerung, Peliatan, Gianyar, menjadi saksi bisu sebuah acara yang begitu mendalam: Launching Buku dan Pagelaran Karya Maestro Legong dan Kebyar.

Perhelatan ini bukan sekadar sebuah acara, melainkan sebuah jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, menghidupkan kembali jejak-jejak kejayaan seni tari Bali di panggung dunia.

Acara yang berlangsung pada Senin, 9 Juni 2025, pukul 18.00 WITA ini memperkenalkan sebuah buku biografi dan arsip Maestro tari Bali yang telah mengharumkan nama Nusantara jauh sebelum kemerdekaan.

Buku Maestro Legong dan Kebyar Anak Agung Gde Ngurah Mandera/dok.istimewa

Sosok maestro ini, yang namanya telah melanglang buana, memimpin misi kesenian Bali ke Paris Expo 1931 dan dipercaya langsung oleh Presiden Soekarno untuk memimpin Misi Budaya ke Amerika Serikat pada tahun 1952. Puncaknya, penampilan ikoniknya di Ed Sullivan Show, program TV Amerika yang sangat populer, berhasil memicu rasa ingin tahu dunia akan kekayaan seni budaya Bali.
Gemuruh Apresiasi dan Janji Pelestarian

Kehadiran para tokoh terkemuka menambah bobot acara yang sarat makna ini. Tampak hadir Ibu Putri Koster, seorang pemerhati dan pendukung seni budaya Bali yang tak pernah lelah; Prof. Bandem, budayawan ternama yang selalu menjadi rujukan; Popo Danes, arsitek Bali bertaraf internasional yang karyanya menginspirasi; serta para pengelingsir Puri dari Peliatan dan Ubud, yang mewakili garis keturunan dan tradisi luhur.

Perwakilan dari Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten Gianyar juga turut hadir, menunjukkan dukungan penuh terhadap inisiatif pelestarian ini.

Putu Gede Wiwin Gunawasika, Koordinator Acara, menyampaikan rasa harunya yang mendalam.

“Saya sangat terharu acara ini akhirnya bisa terlaksana walaupun dalam waktu yang sangat pendek dan tanpa sponsor signifikan,” ujarnya.

Dia menambahkan, “Beruntung banyak donasi dari para penari—murid Bapak Oka Dalem—dan dari kalangan peduli pelestarian seni tari.”

Sebagai seorang praktisi MICE, Wiwin Gunawasika mengaku terkejut ketika mengetahui bahwa karya sang Maestro ternyata menjadi salah satu pemicu awal lahirnya pariwisata Bali. Sebuah fakta yang menegaskan betapa sentralnya peran seni dalam perkembangan pariwisata pulau Dewata.

Oka Dalem, penerus Maestro sekaligus penulis buku, tak lupa menyampaikan terima kasih atas dukungan semua pihak.

“Saya sangat berterima kasih atas dukungan moral dan moril semua pihak. Semoga Tari Legong dan Kebyar ala Peliatan terus berkelanjutan dengan dukungan Pemerintah Bali dan Gianyar,” harapnya, menyiratkan komitmen untuk meneruskan warisan berharga ini.

Antusiasme untuk menyebarkan kisah sang maestro ke kancah global juga menggema. Prof. Dibia, salah satu penulis buku, mengungkapkan keinginannya untuk menerbitkan versi Bahasa Inggris agar jangkauan pembaca internasional semakin luas.

Gayung bersambut, istri Gubernur Bali, Ni Putu Putri Suastini Koster langsung merespons positif dengan menyatakan, “Saya akan mendukung penuh produksi versi Bahasa Inggris buku ini.” Sebuah dukungan yang menjanjikan masa depan cerah bagi pengenalan seni budaya Bali ke seluruh penjuru dunia.

Tata Panggung Memukau dan Makna yang Menggetarkan Jiwa
Malam itu, Balerung disulap menjadi panggung megah dengan tata panggung yang begitu apik.

Pencahayaan hangat, altar buku yang tertata artistik, dan tata lelak sakral berpadu harmonis, menciptakan atmosfer yang syahdu dan penuh penghormatan.

Puncak acara adalah Pagelaran Legong & Kebyar Otentik yang memukau, menghanyutkan setiap penonton dalam keindahan gerak dan melodi yang otentik.

Seluruh rangkaian acara, mulai dari peluncuran buku hingga pagelaran tari, menyadarkan semua yang hadir bahwa Tari Legong & Kebyar Peliatan bukan sekadar tarian biasa.

Ia memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi bagi Bali dan merupakan warisan yang wajib untuk terus dilestarikan. Lebih dari sekadar hiburan, acara ini adalah sebuah seruan untuk merawat akar budaya, menjaga api seni tetap menyala, dan memastikan bahwa jejak-jejak maestro akan selalu menginspirasi generasi mendatang.***

Berita Lainnya

Terkini