Denpasar -Keanekaragaman rupa seni yang mengalir di Bali merupakan warisan peradaban yang tak ternilai harganya. Semangat inilah yang secara konsisten didukung Griya Santrian Gallery dengan menyediakan ruang bagi setiap geliat perkembangan seni rupa di Pulau Dewata.
Melalui pameran teranyar bertajuk “Nadi Cita Tampaksiring,” galeri ini memfasilitasi Amarawati Art Community dari Tampaksiring.
Menurut Ida Bagus Gede Sidharta Putra, Pemilik Griya Santrian Gallery, pameran ini adalah cerminan dinamis dari kreativitas seniman di Tampaksiring.
“Apa yang ditampilkan oleh para perupa yang tergabung dalam Amarawati Art Community Tampaksiring, pada pameran ‘Nadi Cita Tampaksiring’ menunjukkan keragaman bentuk, media, dan artistik yang mencerminkan bagaimana dinamika kreativitas pelaku seni rupa yang ada di Tampaksiring,” ujar Ida Bagus Gede Sidharta Putra.
Pameran ini tidak hanya menampilkan identitas personal para seniman, tetapi juga merupakan bentuk dedikasi mendalam terhadap kekayaan budaya visual yang tumbuh subur di tanah kelahiran mereka. Pengunjung disuguhkan spektrum karya yang luas, mulai dari lukisan, patung, instalasi, ukiran tulang yang halus, hingga karya ikonik Ogoh-Ogoh khas Tampaksiring.
“Pameran kali ini, wahana bagi kita untuk melihat bagaimana iklim seni rupa di Tampaksiring memberi warna tersendiri bagi seni rupa Bali,” pungkasnya.
Berawal dari semangat para perupa lokal, Amarawati Art Community (AAC) resmi berdiri pada 2016. Nama “Amarawati” bukan sekadar label, melainkan penarikan inspirasi dari Prasasti Tengkulak (1023 Masehi), merujuk pada situs pertapaan kuno di aliran Sungai Pakerisan—kini diduga sebagai nama masa lalu Candi Tebing Gunung Kawi.
Spirit katyagan (tempat bertapa) ini menjadi landasan AAC: wadah bagi perupa Tampaksiring untuk berkarya dan mengembangkan gagasan kreatif.
Sejak berdiri, AAC telah aktif menelusuri akar budaya visual Tampaksiring:
Pembacaan Situs dan Tokoh: Pameran awal seperti Peradaban Air berfokus pada situs di DAS Pakerisan, sementara Finding Ida Bagus Grebuak menghormati pelukis pionir Tampaksiring era 1930-an yang karyanya bahkan dikoleksi oleh Museum Volkenkunde, Belanda.
Akar Seni Visual Lokal: Perkembangan seni rupa di Tampaksiring sangat dinamis dan lintas medium:
Seni Lukis: Sejak 1930-an dengan tema kehidupan sehari-hari (Ida Bagus Grebuak) hingga munculnya mazhab realistik naturalistik melalui Sanggar Pejeng yang dipimpin Dulah (1960-70an).
Seni Ukir Tulang: Tradisi tiga generasi yang berevolusi dari material tanduk rusa menjadi gading, hingga material modern seperti fosil mammoth, didukung alat yang kian canggih.
Ogoh-Ogoh: Sejak akhir 1980-an, Ogoh-Ogoh Tampaksiring menjadi ikon yang viral sejak 2018. Ciri khasnya adalah karakter realistik, gestur natural, dan raut wajah ekspresif, menunjukkan proses reinvented tradition dari ritual Pengerupukan.
Pameran Terbaru: “Nadi Cita Tampaksiring” di Griya Santrian Gallery
I Made Susanta Dwitanaya dan Savitri Sastrawan memberikan pandangannya.
Kini, pada 2025, Amarawati Art Community kembali menggelar pameran tunggal di Griya Santrian Gallery berjudul “Nadi Cita Tampaksiring.”
Nadi dimaknai sebagai aliran, baik sungai (makrokosmos) maupun energi (mikrokosmos), juga bermakna berjiwa (menjadi) dalam bahasa Bali. Pameran ini adalah “aliran kreativitas perupa Tampaksiring.”
Keberagaman Tak Terbatas: Pameran ini memotret dinamika budaya rupa yang terlahir dari lokus bersejarah Tampaksiring.
“Karya yang ditampilkan merangkum seni lukis, patung, instalasi, ukiran tulang, hingga ogoh-ogoh khas Tampaksiring,” tutur Made Susanta Dwitanaya dalam keterangannya.
Melebur Batas: Pameran ini secara tegas menerabas sekat antara fine art dan craft, serta lintas generasi. Seni ukir bersanding dengan lukisan, gagang keris dengan patung.
Ini adalah perayaan keragaman ekspresi visual yang tumbuh dari situs-situs budaya, bukan ajang eksklusivitas.
Dedikasi: Pameran ini adalah wujud dedikasi atas kekayaan budaya visual di tanah kelahiran mereka, menunjukkan bagaimana iklim seni rupa Tampaksiring memberikan warna yang unik bagi khazanah seni rupa Bali. ***

