KabarNusa.com– Menteri Pariwisata dan Ekomomi Kreatif Mari Elka Pangestu mengingatkan perlunya dilakukan kajin ulang dalam mencari opsi lokasi lainnya untuk rencana proyek Storage LNG yang direncanakan dibangun di sekitar Pelabuhan Benoa Denpasar.
Menurut Mari, Bali sebagai pulau spesial harus tetap dijaga kelestarian lingkungan dan budayanya demi kepentingan pariwisata.
Karenanya, dalam pembangunan di Bali harus tetap dijaga keseimbangannya, jangan sampai terjadi over kapasitas.
Baginya, Bali sangat spesial karena tidak ada duanya di Tanah Air. Bahkan di dunia ini, tidak ada tempat spesial seperti Bali yang kaya akan budaya dan keindahan alamnya yang sangat spesial.
“Jadi bagaimana kita tetap bisa menjaga lingkungan dan budaya dengan baik,” tegas Mari usai bertemu dengan kalangan industri pariwisata di Nusa Dua, Jumat 27 September 201 malam.
Pembangunan yang digenjot di Bali, harus tetap menjaga aspek sosial selain pertimbangan ekonomi.,
Seperti diketahui, Pelabuhan Benoa memiliki potensi hutan bakau satu-satunya terbesar di Denpasar, sehingga harus dijaga dengan baik agar tetap tumbuh bahkan hutan bakaunya perlu terus ditanam.
Terkait rencana mega proyek Storage LNG di sekitar Pelabuhan Benoa oleh Kementerian ESDM, Mari meminta harus dipelajari lebih mendalam lagi.
“Harusnya dipelajari kembali, kita mau mengembangkan Pelabuhan Benoa seperti apa?. Apakah dari kaca mata pariwisata yang perlu diprioritaskan,” tanya Mari.
Jika ingin mengembangkan pariwisata, apakah kemudian pembangunan bidang lainnya tidak boleh dilakukan seperti proyek LNG.
Jika merujuk pada konsep pembangunan yang pernah digulirkan bersama, Pelabuhan Benoa akan dikembangkan sebagai Pelabuhan Cruise sehingga diharapkan akan banyak didatangi kapal-kapal pesiar besar dunia untuk menggaraihkan pariwisata Bali.
Hanya saja, sampai saat ini, Mari belum melihat pengembangan itu seperti yang diharapkan.
Dia melanjutkan, untuk pengembangan pelabuhan harus dipertimbangkan kemungkinan masuknya aktivitas pembangunan lainnya yang tidak merusak pariwisata.
“Ini perlu disadari semua pihak. Kalau Pelabuhan Benoa jadi pelabuhan cruise tentu akan banyak lalu lintas kapal pesiar berukuran besar, bagaimana aspek keamanan apakah tidak terganggu jika ada proyek LNG di sekitarnya,” ungkapnya.
Disinggung soal layak tidaknya Pelabuhan Benoa dijadikan lokasi proyek LNG, Mari sekali lagi menegaskan dirinya tidak tahu jawabannya.
“Kalau pengembangan pariwisata dan ini (LNG) juga diprioritaskan, jangan sampai mengganggu apapun yang sudah menjadi keputusan,” katanya mengingatkan.
Prinsipnya, bagaimana pengembangan Pelabuhan Benoa seperti untuk proyek LNG, harus dilihat secara keseluruhan dari berbagai aspek dan demi kepentingan Bali ke depan.
Masalah LNG, mungkin untuk menjawab keperluan listrik di Bali yang akan dialihkan dari disel ke gas, namun tetap harus dipikirkan lebih matang.
“Bali ini besar, mungkin perlu dipelajari lagi, opsi-opsi lainnya untuk lokasi,” sambungnya.
Kalau lokasinya mau di Benoa dengan mempertimbangkan, kedekatan dengan pembangkit di Pesanggaran, tentunya aspek jarak dan keamanan LNG itu serta risiko seperti untuk kelestarian lingkungan sekitar harus menjadi diperhatikan,
Karenanya, Mari meminta harus ada studi kembali yang lebih komprehensif sebelum memutuskan lokasi proyek.
Masalah lingkungan kembali dia tekankan bagi Bali, sebab itu harus tetap dipertahankan. Apalagi, Benoa tak bisa dilepaskan dari aspek lingkungan dengan potensi alam hutan bakaunya. (rma)