![]() |
Gubernur Bali I Wayan Koster saat menerima audensi jajaran Universitas Dwijendra (Undwi) di Rumah Jabatan Gubernur Bali, Jayasabha, Denpasar pada Rabu (10/3/2021)/ist |
Denpasar – Sebuah negara atau daerah yang memiliki aksara sendiri maka
sumber daya manusia (SDM) nya bisa dikatakan unggul dan berkualitas.
“Keberadaan aksara menunjukkan suatu peradaban yang maju, dan ini tidak bisa
dipungkiri. Bisa dicek, negara-negara dengan aksaranya sendiri rata-rata lebih
maju dan punya keunggulan di bidang-bidang tertentu. China, Jepang, India,
misalnya,” tutur Gubernur Bali I Wayan Koster saat menerima audensi jajaran
Universitas Dwijendra (Undwi) di Rumah Jabatan Gubernur Bali, Jayasabha,
Denpasar pada Rabu (10/3/2021).
Hal itu pula menunjukan bahwa sumber daya manusia pada daerah tersebut bisa
disebut berkualitas dan unggul, termasuk Bali.
Koster menegaskan, kebijakan perlindungan aksara Bali yang tertuang dalam
Peraturan Gubernur Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan
Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa
Bali adalah upaya memuliakan atau memperlakukan aksara Bali sesuai dengan
nilainya.
“Jadi kita memaknainya bahwa aksara Bali itu bukan hanya sekedar dipakai, tapi
juga dimuliakan,” ungkap Gubernur Koster saat menerima audensi jajaran
Universitas Dwijendra (Undwi) di Rumah Jabatan Gubernur Bali, Jayasabha,
Denpasar pada Rabu (10/3).
Gubernur Koster melanjutkan, Bali sangat bersyukur mempunyai aksara Bali.
Sebab keberadaan aksara pada suatu daerah atau negara, menunjukkan adanya
tingkat peradaban tinggi dan mengakar kuat.
“Tidak semua daerah punya aksara, di Indonesia paling hanya enam daerah.
Negara pun yang punya aksaranya sendiri bisa dihitung,” sambungnya. Jadi, Bali
memilikimodal untuk mencetak bibit-bibit unggul dengan konten lokal yang jadi
pembeda.
Mantan anggota DPR RI tiga periode ini mengajak para akademisi, pegiat atau
pemikir di Pulau Dewata untuk lebih mendalami lagi pemaknaan dan penghayatan
terhadap budaya Bali.
“Jika sudah bisa menghayati saya kira kita akan sangat militan dalam menjaga
adat, budaya Bali yang kita miliki,” sebutnya.
Pihaknya berharap melalui implementasi visi pembangunan Bali ‘Nangun Sat
Kerthi Loka Bali’ dapat menjadi momentum bagi kalangan akademis dan lembaga
Pendidikan tinggi berpartisipasi membangkitkan kembali ke-Bali-an orang Bali
yang mulai tergerus akibat perkembangan zaman.
“Ini memomentum bagus, untuk membangkitkan lagi adat, budaya, kearifan lokal
yang mesti dijaga betul,” tegasnya. Rektor Universitas Dwijendra Gede Sedana
mengungkapkan sangat mendukung visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali yang
dilaksanakan Gubernur Bali.
“Khususnya dalam membumikan kembali aksara Bali, kami telah mengembangkan
suatu aplikasi aksara Bali bernama Bali Simbar sebagai suatu bentuk dukungan
nyata Yayasan Dwijendra terhadap program Pemerintah Provinsi Bali,” sebutnya.
Universitas Dwijendra menurutnya juga mengembangkan program digitalisasi
lontar. “Intinya kami akan siap men-support kebijakan Bapak Gubernur, dan
tidak hanya aksara namun juga budaya Bali secara umum,” tutupnya. (rhm)