![]() |
Arka Kinari adalah sebuah kapal yang melakukan pelayaran dengan misi intergrasi budaya dan alam, serta penelusuran jalur rempah/ist |
Banda Naira – Membawa misi integrasi budaya dan alam setelah berlayar
lebih dari setahun, kapal layar Arka Kinari akhirnya tiba di titik
persinggahannya di Banda Naira Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah,
Maluku.
Arka Kinari, kapal yang melakukan pelayaran dengan misi intergrasi budaya dan
alam, serta penelusuran jalur rempah.
Kapal layar yang dimiliki warga Indonesia dan Spanyol ini belum bisa merapat
ke Teluk Banda Naira. Karena situasi pandemi Covid-19, kapal harus lego
jangkar di kawasan Lava Flow, Pulau Gunung Api Kepulauan Banda.
Kapal ini diawaki delapan orang dari berbagai negara ini menjalani rapid tes,
dan semuanya dinyatakan non reaktif sehingga kapal dibolehkan sandar di Banda
Naira.
Kedatangan kapal ini disambut warga Banda Naira menyambut kedatangan kapal
layar Arka Kinari secara adat. Prosesi penyambutan dilakukan dengan kora-kora
adat dan cakalele Kampung Fiat, Negeri Kampung Baru dari pintu masuk Teluk
Banda Naira, Sabtu (19/9/2020).
Saat penyambutan kapal, pemilik kapal Grey Filastine warga Spanyol dan Nova
Ruth, warga Indonesia langsung naik kora-kora adat dan berdayung bersama warga
hingga ke darat. Kapal Layar Arka Kinari kemudian lego jangkar di Pantai Banda
Naira.
Tiba mendarat, pemilik kapal dan kapten Kapal Arka Kinari, Ben Blankenship
dengan awaknya disambut tarian adat cakalele Kampung Fiat.
“Saya tidak bisa berkata-kata atas penyambutan warga Banda kepada kami, indah
sekali. Dan kami merasa sangat dihargai kedatangannya. Sebuah pengalaman
berharga, entah kapan bisa terulang lagi. Terima kasih telah menyiapkan sebuah
penyambutan yang begitu indah,” kata Nova Ruth, didampingi suaminya Grey
Filastine.
Pasangan suami istri beda negara ini adalah musisi internasional yang setahun
terakhir melakukan perjalanan keliling dunia dengan kapal layar mereka untuk
pentas seni dan budaya.
Pelayaran Arka Kinari ini adalah sebuah misi budaya dan program penelusuran
jalur rempah yang didukung Dirjen Kebudayaan Kementerian Kebudayaan (Kemenbud)
RI.
Dibuat tahun 1947, kapal ini memiliki panjang 18 meter. Kapal ini kemudian
dibeli oleh Grey warga Spanyol dan Nova, perempuan asal Malang, Jawa Timur
keturunan Bugis, Sulawesi Selatan di Rotterdam, Belanda.
Grey dan Nova memberi nama kapal layar ini, Arka Kinari. Arka adalah kapal,
sedangkan Kinari dalam militologi Hindu yang berarti bertahan hidup.
“Arka Kinari artinya kami bertahan hidup dalam kapal,” ungkap Nova. Kapal Arka
Kinari bertolak dari Rotterdam, Belanda, 23 Agustus 2019.
Mereka menempuh perjalanan panjang lebih dari setahun hingga akhirnya tiba di
Banda Naira, titik nol jalur rempah dunia. Dalam pelayaran ini, mereka
menyinggahi pulau-pulau lintas negara dan benua.
Setiap pulau yang disinggahi, Grey dan Nova bersama awak Arka Kinari melakukan
pementasan seni dan budaya, bersosialisasi dengan warga, menyampaikan pesan
untuk menjaga bumi dan laut, tidak membuang sampah di laut.
“Misi pelayaran dari Belanda adalah membagi ilmu tentang seni dan budaya,
serta menjaga alam. Maka itu dalam program jalur rempah ini untuk mengedukasi
Indonesia pentingnya pertukaran seni dan budaya itu,” kata Nova.
Diakui Nova, pelayaran ini panjang dan memakan waktu lama karena harus
melintasi Benua Eropa, Amerika dan Asia. Bahkan mereka harus tertahan di Guam,
sebuah negara dalam teritori Amerika Serikat sekitar empat puluh hari untuk
mengindari badai serta adanya masalah administrasi keimigrasian.
Selama setahun lebih berlayar untuk sampai di sini (Banda Naira) titik nol
jalur rempah. Ada jalur pendek, tapi penuh resiko karena harus lintasi wilayah
bajak laut dan Samudera Hindia yang penuh badai.
“Karena itu pelayaran ini lama, demi Kepulauan Banda kami harus melakukan
itu,” ungkap Nova. Banda Naira merupakan pulau kedua yang disinggahi Arka
Kinari, setelah sebelumnya singgahi Sorong Papua Barat utuk misi serupa.
Selama di Banda Naira, Grey dan Nova bersama awak Arka Kinari menggelar
pertujunkan seni dan kolaborasi tari dengan komunitas seni Banda Naira. Mereka
juga melakukan konser dari atas kapal layar Arka Kinari.
Direktorat Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kemendikbud RI, Hilman Farid
mengungkapkan, pelayaran kapal Arka Kinari untuk misi budaya dan menulusuri
jalur rempa dari Eropa hingga Indonesia.
Hilman mengatakan program lalur rempah adalah sebuah program rekonstruksi
budaya yang membentuk budaya bahari di nusantara, menuju pengakuan sebagai
Warisan Dunia UNESCO.
“Program Jalur Rempah mengangkat “Outstanding Universal Value” dan “Diplomasi
Budaya”; dimana rekonstruksi hubungan antar budaya, masyarakat dan
peradabannya akan memperlihatkan ketersambungan satu dengan lainnya. Salah
satu kegiatan dalam rekonstruksi ini adalah napak tilas dengan melakukan
pelayaran membawa misi budaya,” kata Hilman.
Dijelaskan Hilman, Arka Kinari adalah sebuah kapal yang melakukan pelayaran
dengan misi integrasi budaya dan alam. Kepedulian akan budaya dana alam
menjadi pesan kuat yang selalu disampaikan disetiap kegiatan Arka Kinari saat
berkeliling dunia.
Keberadaan Arka Kinari di Indonesia kali ini adalah berkolaborasi dengan
Program Jalur Rempah, yang menyinggahi sejumlah titik yakni Sorong, Papua
Barat, Banda Naira, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, Selayar dan Makassar,
Sulawesi Selatan dan Benoa Bali.
Program ini dapat diharapkan menjadi dokumentasi yang akan menjadi
pembelajaran untuk menyiapkan kegiatan pelayaran budaya yang lebih besar di
titik dan simpul jalur rempah dalam dan luar negeri yang rencananya akan
dimulai 2021,” ungkap Hilman.
Ia mengakui Covid-19 menjadi hambatan besar pelaksanaan kegiatan program jalur
rempah Ditjenbud, Kemendikbud, tetapi tidak membuat program ini berhenti,
melainkan tetap berjalan dengan menerapkan protokol kesehatan serta aturan
pemerintah pusat dan lokal.(rhm)