Jakarta – Hasil penelitian yang sering kali berakhir di meja laci kampus-kampus mendapat kritik tajam Kepala Staf Kepresidenan Dr. Moeldoko.
“Padahal tidak sedikit hasil penelitian dari perguruan tinggi berpotensi menjadi alat pengungkit bagi kebaikan masyarakat jika diaplikasikan dengan baik,” ujar Moeldoko saat kuliah umum terkait ketahanan pangan di Universitas Jember (UNEJ), Jawa Timur, Jumat 24 Maret 2023.
Kendati begitu, Moeldoko memahami hasil penelitian yang belum teraplikasikan dengan baik dikarenakan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah tidak adanya kerja sama antara institusi pendidikan tinggi dengan pihak swasta sebagai pengembang.
Karenanya, sektor swasta perlu diajak bekerja sama untuk mengembangkan hasil riset para peneliti perguruan tinggi.
Kata Moeldoko, dari kerja sama badan usaha dan perguruan tinggi ini, apa yang dilakukan oleh para peneliti bisa dinikmati oleh masyarakat umum, sehingga hasil risetnya punya daya ungkit yang baik di masyarakat.
Sekitar 700 mahasiswa dan mahasiswi, hadir dalam acara itu sehingga mendapat apresiasi Moeldoko khususnya untuk Universitas Jember yang telah memiliki banyak inovasi di bidang pangan.
Purnawirawan Panglima TNI ini tetap berharap agar inovasi peneliti dari UNEJ bisa diaplikasikan untuk memajukan petani.
Diharapkan, upaya-upaya akademik yang dikembangkan oleh UNEJ menjawab dan sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
“Maka dunia perguruan tinggi harus bekerja sama demi peningkatan daya riset dalam memajukan petani,” imbuhnya.
Beberapa hasil riset di bidang pangan dari Universitas Jember adalah Modified Cassava Flours atau MOCAF, tebu varietas tahan kekeringan serta kedelai Baluran.
MOCAF, misalnya, hasil riset yang diinisiasi oleh Prof. Ahmad Subagyo dari Fakultas Pertanian UNEJ ini adalah hasil modifikasi dari tepung singkong yang proses pembuatannya dilakukan dengan metode fermentasi.
“Tepung ini pun dapat menjadi bahan pangan alternatif pengganti tepung terigu yang dibuat dari gandum impor,” imbuhnya.
Pada bagian akhir kuliah, Moeldoko berpesan agar civitas akademika juga merangkul petani sebagai mitra. Ini artinya, para petani perlu diberikan pendidikan dan pembimbingan secara konsisten.
Persoalan pertanian kita adalah tanah, modal, teknologi. Petani kita itu tidak mudah menerima teknologi. Bagi mereka, _seeing is believing.
“Mereka percaya kalau mereka sudah melihat. Panjang perjuangan untuk memahamkan petani. Kita perlu sabar dan juga konsisten,” Moeldoko mengakhiri. ***