Jakarta – Generasi muda Indonesia harus menjalankan nilai-nilai Pancasila dalam perilaku hidup sehari-hari. Sikap bertanggung jawab, toleransi dan disiplin merupakan perilaku positif yang perlu ditanamkan pada setiap kalangan muda.
Pada era digital ini, kaum muda dapat memanfaatkan media sosial sebagai sarana untuk sosialisasi dan mengomunikasikan perilaku keseharian yang sesuai nilai-nilai Pancasila. Dengan begitu, Pancasila sebagai dasar negara akan hidup terus di tengah masyarakat.
“Pancasila bersifat lintas generasi dan lintas perkembangan sejarah politik dan ekonomi. Pancasila sebagai ideologi harus terbuka dengan nilai-nilai baru, namun identitas dasar tetap digunakan sebagai pedoman hidup bernegara dan bermasyarakat,” papar Kepala Staf Kepresidenan Dr. Moeldoko pada acara webinar Sobat Cyber Indonesia dengan tema Menanamkan Pancasila di Era Digital untuk Melawan Radikalisme dibabak New Normal, pada Selasa (2/06).
Moeldoko meminta agar generasi milenial bergabung dengan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) untuk memberi masukan dari segi komunikasi. Sehingga BPIP dapat memanfaatkan media sosial untuk sarana komunikasi yang efektif menyampaikan nilai-nilai Pancasila.
Namun sayangnya berdasarkan survey yang dilakukan oleh Denny JA, dukungan terhadap Pancasila terus tergerus. Tatanan teknologi informasi masa kini telah mendisrupsi relasi antara negara dengan rakyat dan komunitas.
Bahkan, muncul potensi radikalisme sebagai gejala global yang mengancam eksistensi bangsa. Hal tersebut dipengaruhi oleh munculnya berbagai hoax yang tersebar di media sosial, seperti facebook atau twitter.
Berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet pada 2017, hoax yang menyebar di media sosial tersebut menyangkut berbagai hal, di antaranya sosial politik, SARA, dan kesehatan. Hoax bisa berupa tulisan, gambar dan video.
Pada kesempata yang sama, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Komjen (Pol) Boy Rafli Amar mengatakan, radikalisme berkembang menjadi kelompok teror. Mereka pengusung paham radikal adalah kelomopk yang tidak dapat menerima perbedaan pemahaman.
“Para penyebar isu-isu radikal menggunakan sosial media atau online training untuk melakukan aksi teror dan mengatasnamakan bela negara, seolah berjuang untuk kepentingan agama yang sebenarnya telah disesatkan oleh paham radikal,” ujar Boi Rafli
Boy Rafli menjelaskan, kelompok radikal ini menganggap yang paling benar dan pihak lain harus diperangi.
“Generasi milenial sudah banyak banyak dipengaruhi informasi global. Ini tantangan kita dalam ber-Pancasila di era sekarang, khususnya anak muda. Kita kikis habis pemikiran intoleran dengan nilai-nilai Pancasila.”
Menurut Boy Rafli, semangat kalangan muda harus bergelora untuk mengenal dan memahami nilai-nilai luhur Pancasila disesuaikan dengan pendekatan konteks kekinian. Untk itu, perlu diberikan ruang kepada generasi muda untuk menanamkan Pancasila sejak dini.
“Saya yakin Pancasila itu keren! Kita generasi berhutang budi kapada pendahulu yang telah menjadikan Pancasila sebagai ideologi, menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam wadah negara RI.
Kita sebagai generasi generasi penerus wajib melestarikan nilai-nilai Pancasila. Pancasila harus menjadi moral publik bangsa Indonesia,” papar Boy Rafli.
Boy Rafli juga menegaskan, Pancasila memberi kebebasan kepada warga negara untuk memeluk agama sesuai kepercayaan masing-masing. Pancasila mengajarkan kita bersatu dalam perbedaan, azas musyawarah harus dapat dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat.
Sementara itu, Aris Heru Utomo dari Direktorat Sosialisasi, Komunikasi dan Jaringan BPIP mengatakan, setiap warga negara memiliki kewajiban untuk menjunjung nilai-nilai Pancasila dan sikap hidup bermasyarakat.
“Salam Pancasila tidak dimaksudkan untuk menggantikan salam keagamaan. Pancasila harus menjadi penuntun, menjadi pedoman berdasarkan pengalaman fakta dan akal kita.“
Menurut Aris, Pancasila berperan untuk mempersatukan seluruh elemen masyarakat. Untuk itu, semua pihak harus terus memperjuangkan dengan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.
“Adanya pandemi Covid-19 ini, kita melihat bahwa siapapun bisa menjadi korban, BPIP melakukan pendekatan formal, informal dan non formal untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila.
BPIP juga sejak tahun lalu melibatkan banyak komunitas untuk melakukan sosialisasi mengenai nilai-nilai Pancasila. Selain itu juga belajar dari negara lain dalam mengajarkan nilai-nilai dasar negara.” (ahs)