Motivasi Daerah Terpencil, UGM Kirim 43 Guru ke Papua

3 Januari 2016, 12:37 WIB
(foto:humas UGM)

Kabarnusa.com – Sebanyak 43 orang guru yang telah memenuhi persyaratan dikirim ke Provinsi Papua guna mengajar dan memberi motivasi kepada masyarakat daerah terpencil.

Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., dalam pelepasan calon guru ke Kabupaten Intan Jaya, Papua, melalui program Guru Penggerak Daerah Terpencil, menegaskan, Guru sebagai penggerak utama bagi pembangunan dan kemajuan sebuah bangsa.

Program ini diselenggarakan atas kerja sama Pemerintah Kabupaten Intan Jaya dengan Kelompok Kerja Papua UGM dan Pusat Pengembangan Kapasitas dan Kerja sama (PPKK) FISIPOL UGM.

Pada pelaksanaannya yang ketiga ini, sebanyak 397 orang dari seluruh Indonesia mendaftar untuk mengikuti program guru perintis ini.

Para pendaftar yang memenuhi syarat adminstrasi kemudian mengikuti proses seleksi yang dilaksanakan di Jogja, Medan, Manado, Makasar, Timika, dan Jayapura sejak bulan November 2015.

Akhirnya terpilih 43 orang yang akan ditempatkan di Kabupaten Intan Jaya untuk mengajar berbagai mata pelajaran di tingkat Pendidikan Anak Usia Dini hingga Sekolah Menengah Atas.

Ketua Kelompok Kerja Papua, Drs. Bambang Purwoko, M.A., mengapresiasi semangat para pendaftar untuk menjadi guru di Papua.

“43 guru yang dipanggil memenuhi kualifikasi bukan sekadar penguasaan materi dan metode pembelajaran, tetapi juga motivasi dan semangat untuk mengabdi dan mencerdaskan bangsa, khususnya masyarakat Papua,” jelasnya dinukil dalam Laman UGM.

Dalam sambutannya, Dekan FISIPOL, Dr. Erwan Agus Purwanto, menyampaikan bahwa para guru memiliki kesempatan untuk memberi pengaruh yang besar bagi generasi muda Papua.

“Saudara-saudara akan menjadi orang yang membukakan pintu bagi mereka yang tadinya hidup terkungkung di daerah terpencil hingga akhirnya mereka bisa pergi ke berbagai tempat dan menjadi orang-orang yang penting,” ujarnya baru-baru ini di Kampus Biru UGM Yogyakarta.

Dari 43 guru yang akan ditempatkan, 20 diantaranya sudah berada di Nabire, sementara 23 lainnya akan diberangkatkan setelah acara pelepasan. Melalui program ini, mereka akan menjadi pengajar di Papua selama 2 tahun. (ari)

Berita Lainnya

Terkini