Roadshow bertajuk “Menebar Manfaat, Menguatkan Potensi” di Aula Pendopo Desa Grenden Kecamatan Puger, Jember Jawa Timur/Ahmad Rizki Aulia |
Jember – Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, IAIN Jember
menggelar roadshow menyasar sejumlah organisasi guru-guru di tingkat anak usia
dini (PAUD) untuk mengenalkan tentang desain pembelajaran yang inovatif dan
lebih bermutu.
Roadshow bertajuk “Menebar Manfaat, Menguatkan Potensi” merupakan inisiatif
Kepala Raudhatul Athfal Ulul Albab Mangli, Kaliwates, Jember, Siti Maisaroh
atau yang kerap dipanggil Bunda Mai ini, bersama suaminya, Nuruddin selaku
Kepala Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, IAIN Jember.
“Pertama, dimasa pandemi ini saya terinspirasi membuat karya tulis buku-buku
tentang multiple intelegensi tepatnya di bulan maret lalu, alhamdulillah ada
31 buku kami, kami promo ke teman-teman. siapa yang mau kita ajak sharing
tentang buku ini,” ujarnya di Aula Pendopo Desa Grenden Kecamatan Puger,
Jember Jawa Timur, (10/4/2021).
Ia mengungkapkan, kecerdasan itu majemuk, bagaimana kecerdasan majemuk itu
bisa teridentifikasi mulai usia dini, maka ini perlu diketahui oleh para
pendidik anak usia dini.
Sasaran Roadshow, para guru-guru PAUD, dengan beberapa pengalaman yang sudah
dilakukan ini telah mendapatkan beberapa apresiasi oleh Kementerian Agama.
“Kami masuk ke beberapa organisasi guru-guru tingkat anak usia dini seperti
IGTK, IGRA, dan HIMPAUDI, atau beberapa lembaga yang menyambut positif, yang
memang kami masuk kedalamnya,” sambung dia.
Pada tahun 2018, saat ajang lembaga inspiratif yang dilakukan oleh Kementerian
Agama, mengantarkan nama RA Ulul Albab hingga mendapatkan anugerah guru kepala
berprestasi tingkat nasional.
Penghargaan diberikan berkat dedikasinya dalam mengembangkan potensi anak
melalui home visit. Dengan penemuan-penemuan ini, terus dia tebarkan ke
masyarakat luas. Tujuannya, untuk ‘nasrul Ilmi’ ditempatkan ke seluruh guru
PAUD, baik dari RA maupun TK.
“Agar mereka memiliki desain pembelajaran yang lebih inovatif dan lebih
bermutu lagi yang berdampak pada kecerdasan anak”, jelas Maisaroh.
Kemudian, di beberapa tempat di mana para mahasiswa belajar, langsung dipandu
Nuruddin, selaku dosen mata kuliah manajemen diklat.
Maisaroh menjelaskan, ‘multiple intelegensi’ itu pembelajarannya harus
dilakukan secara praktek. Kalau hanya sebatas teori, lanjut dia,maka mereka
tidak akan mendapatkan pengalaman yang maksimal.
Karena itulah, pihaknya dalam menjalankan praktek tersebut, bekerjasama dengan
para mahasiswa. “Contoh konkritnya, kalau anak tidak teridentifikasi
kecerdasannya maka guru tidak tahu bagaimana menangani anak,” katanya
menambahkan.
Dengan begitu, bisa dilakukan identifikasi bakat anak-anak sejak dini.
“Kesuksesan itu akan tercapai karena proses pendidikannya tepat, untuk kita
berikan pa yang menjadi kebutuhan mereka,” tutupnya. (riz)