Sleman – Sebuah mural karakter dari serial anime populer, One Piece, menghiasi pos ronda di Padukuhan Temuwuh, Balecatur, Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Mural ini menjadi sorotan publik setelah viralnya isu pelarangan atribut One Piece di beberapa daerah.
Namun, Karang Taruna setempat menegaskan bahwa mural ini dibuat jauh sebelum isu tersebut mencuat.
Sekretaris Karang Taruna, Dandun Asmara, menjelaskan bahwa pembuatan mural ini adalah inisiatif mereka untuk mempercantik lingkungan dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke-80.
Keresahan Sosial di Balik Mural
Menurut Dandun, mural tersebut tidak sekadar hiasan. Pembuatan mural ini juga menjadi wadah bagi para pemuda untuk menyalurkan keresahan sosial. Hal ini terlihat dari adanya tulisan “Merdeka?” dengan tanda tanya yang menyertai gambar One Piece.
“Itu tanda tanya ya bentuk keresahan, bukan provokasi,” jelas Dandun.
Ia menambahkan, pemilihan karakter One Piece bukan tanpa alasan. Para pemuda Karang Taruna merasa cerita dalam anime tersebut mencerminkan realita sosial di Indonesia saat ini, di mana banyak ketidakadilan yang dirasakan oleh rakyat kecil.
“Kami hanya ingin mengkritik, bukan menjatuhkan,” tegasnya.
Kabar Penghapusan dan Harapan Dialog
Terkait kabar bahwa mural tersebut akan dihapus, Dandun membenarkan bahwa ia mendengar informasi tersebut dari tokoh-tokoh desa, seperti ketua RT dan RW.
Namun, hingga saat ini belum ada komunikasi resmi dari pihak berwenang kepada Karang Taruna.
“Pihak-pihak itu baru ngomong ke tetua di desa ini seperti RT, RW, Pak Dukuh. Tapi belum ngomong, ke kami selaku pemuda di sini,” ungkapnya.
Dandun menegaskan bahwa Karang Taruna siap berdialog jika memang mural itu harus dihapus. Mereka berharap ada alasan yang jelas dan kuat dari pihak berwenang, mengingat mural tersebut dibuat secara terang-terangan dan tidak melanggar aturan.
Mural yang dibuat oleh sembilan anggota Karang Taruna ini didanai dari iuran swadaya. Dandun berharap, meskipun dibuat dengan cara yang sederhana, pesan keresahan mereka dapat didengar oleh banyak pihak.
“Kami tetap semangat merayakan kemerdekaan, walaupun hanya lewat cat seadanya. Tapi dari situ kami juga berharap ada yang mendengar keresahan kami sebagai rakyat biasa,” pungkasnya.***