Denpasar– Musyawarah Daerah (Musda) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Bali ke-XII tahun 2025 siap digelar dengan semangat pembaharuan dan pengabdian.
Acara puncak akan berlangsung di Harris Hotel & Conventions pada Ahad, 14 Desember 2025, dengan mengusung tema visioner: “Meneguhkan Peran Ulama untuk Mewujudkan Kemandirian Bangsa dan Kesejahteraan Masyarakat Bali.”
Ketua Panitia Musda XII MUI Bali, H. Pinto Wahyudi, menyatakan perhelatan akbar ini akan dihadiri sekitar 200 orang, termasuk tokoh-tokoh dari Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Bali, berbagai organisasi masyarakat (ormas), serta undangan penting lainnya.
Kehadiran tokoh sentral juga dipastikan, di mana Sekretaris Jenderal (Sekjen) MUI Pusat, Buya Amirsyah Tambunan, dijadwalkan hadir untuk membuka secara resmi agenda ini.
“Untuk acara kita mulai dari pagi dibuka dengan sambutan MUI Bali dan kami mengundang Gubernur Bali Wayan Koster untuk memberikan sambutan,” ujar Pinto Wahyudi di kantor MUI Bali, Jumat (12/12/2025).
Musda kali ini tidak hanya fokus pada internal organisasi, tetapi juga menjadi momentum strategis untuk aksi nyata kemanusiaan.
Secara mengejutkan, Pinto menjelaskan bahwa acara ini akan sekaligus menjadi wadah untuk menggalang dana kemanusiaan yang akan disalurkan bagi korban bencana di Sumatera.
Ketua MUI Bali, KH Mahrusun Hadyono, mempertegas visi utama Musda, yaitu memperkuat peran ulama dalam membangun bangsa dan masyarakat Bali.
“Kita ingin memperkuat Khadimul ummah, itu untuk meningkatkan pelayanan kepada umat dan shadiqul hukumah, yaitu menguatkan kemitraan dengan pemerintah,” terang Mahrusun.
Ia mencontohkan, MUI Bali akan mendorong bidang-bidang yang kurang proaktif untuk lebih fokus dalam pelayanan umat, seperti memastikan fasilitas dan pelayanan di tempat ibadah memberikan kenyamanan terbaik bagi jamaah.
Musda XII juga secara serjus berupaya menjawab tantangan masa depan, yakni krisis kaderisasi ulama. Untuk itu, akan diluncurkan program Kursus Keulamaan selama 6 bulan bagi kader terpilih dari masing-masing Kabupaten/Kota.
“Ini akan dipilih dari masing-masing Kabupaten/Kota agar kaderisasi ulama ini bisa terus bergenerasi dengan baik. Kita bina selama 6 bulan untuk mengenal bagaimana menjadi ulama,” jelas Mahrusun.
Syaratnya ketat, minimal lulusan sarjana (S1) ilmu agama dan harus menguasai bahasa Arab.
Tak kalah menarik, Sekretaris Umum (Sekum) MUI Bali, H. Ismoyo Soemarlan, menyerukan urgensi bagi ulama untuk beradaptasi dengan era digital.
Ia berharap Musda dapat menghasilkan keputusan untuk reorientasi MUI Bali ke depan, terutama dalam memahami Kecerdasan Buatan (AI) seperti Gemini, ChatGPT, dan lainnya.
“Di acara ini, kita juga mengusulkan reorientasi MUI Bali ke depan agar paham kecerdasan buatan AI. Itu kita adakan agar generasi muda atau Gen Z bisa sama-sama belajar dan memilih-memilah mana hal yang baik dan tidak benar,” kata Ismoyo.
Transformasi digital dan penguasaan teknologi AI kini menjadi keniscayaan. Ismoyo menegaskan bahwa MUI Bali akan memadukan teknologi AI dan dalil-dalil agama yang dibantu tenaga profesional, bertujuan agar organisasi menjadi lebih cerdas dan mampu membentengi umat dari isu-isu yang tidak benar di tengah derasnya informasi. ***

