Nih.. Lokasi yang Kerap Disambangi Pria Hidung Belang di Jembrana

17 Oktober 2016, 19:21 WIB
Warung sederhana yang memberi layanan plus di Desa Melaya Jembrana (foto:istimewa)

JEMBRANA- Para pria hidung belang pemuja kenikmatan duniawi tak asing dengan daerah bernama ”Batu Karung” di Desa Melaya, Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana. Di kawasan itulah ada layanan plus yang disediakan warung-warung sederhana.

Berada di pinggir jalan raya Denpasar-Gilimanuk. lokasinya terletak sekitar lima kilometer dari arah Pelabuhan Gilimanuk.

Warga menyebut Batu Karung, bukan karena daerah ini indah dengan hamparan bebatuan besar-besar menyerupai karung, melainkan karena dikenal di banyak berjejer warung-warung sederhana dan terkesan kumuh.

Meski terkesan kumuh, pengunjung biasanya selalu banyak, terutama pada saat malam hari.

Tidak hanya makanan dan minuman yang membuat pengunjung rame, melainkan para wanita berdandan menor nan seksi yang membuat daya tarik pengunjung.

Wanita-wanita berdandan menor dengan usia kisaran 30 sampai 45 tahun ternyata siap memberikan layanan kenikmatan bagi pengunjung yang mampir ke warung-warung tersebut.

Di lokasi ada tiga warung yang menyiapkan wanita-wanita penghibur. Masing-masing warung biasanya menyiapkan 2 sampai 3 orang wanita penghibur.

Tarifnya juga relatif murah, kisaran Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu untuk sekali kencan.

Bayaran bagi para wanita penghibur tersebut masih harus dipotong Rp 10 ribu oleh empunya warung untuk sewa kamar.

“Di sini sejak jaman dodol memang sudah ada pelacuran dan tidak pernah berhenti, meskipun sering dioperasi petugas,” ujar MA, warga sekitar, Senin (17/10/2016) sore.

Keberadaan para wanita penghibur di lokasi tersebut sebenarnya sangat mengganggu warga sekitar, terutama malam hari karena penggunjungnya kebanyakan sopir-sopir truk.

Bahkan lokasi tersebut kerap dijadikan lahan pungli oknum petugas, yang kerap menyambangi tempat tersebut.

Seluruh wanita pekerja malam di sana berasal dari beberapa daerah di Pulau Jawa. Parahnya lagi lokalisasi tersebut buka 24 jam.

“Intinya kami ingin petugas dan pemerintah gencar melakukan operasi agar lokasi itu bersih dari prostitusi karena sangat mengganggu warga. Aparat kami minta jangan ompong,” imbuh warga lainnya.

Perbekel Melaya, I Made Mara dikonfirmasi mengatakan lokalisasi yang akrab dengan sebutan Batu Karung tersebut memang sudah ada semenjak puluhan tahun yang lalu.

Sempat sepi, akhirnya tutup lantaran sepi pengunjung. Pihaknya mengaku akan segera berkoordinasi dengan instansi terkait guna menindaklanjuti kembali maraknya praktek prostitusi tersebut.

“Setahu saya masih ada tetapi sudah sepi. masyarakat sudah tahu bahaya HIV AIDS makanya tempat-tempat seperti itu pasti sepi pengunjung,” tutup Mara.(KN-2)

Berita Lainnya

Terkini