Nobar Terapkan Protokol Ketat Dongkrak Peningkatan Omzet Kafe di Bali

9 Oktober 2020, 09:29 WIB

IMG 20201009 WA0051%2B%25282%2529
Salah satu kegiatan Fans Club Arsenal Indonesia Supporter (AIS) Bali
beberapa waktu lalu. Foto diambil sebelum Covid-19/ist

Denpasar – Aktivitas nonton bareng (nobar) di sejumlah kafe yang yang
sempat mati suri dalam enam bulan terakhir karena pandemi COVID-19 kini mulai
mengeliat dan berdampak positif terhadap peningkatan omzet.

Sejumlah komunitas fans club sepak bola mulai menggelar nonton bareng (nobar)
dengan protokol ketat pencegahan COVID-19 di kafe yang menjadi langganan
mereka.

Kafe Monjali di Jalan Mahendradatta Denpasar adalah salah satu tempat kuliner
yang kembali ramai menjadi lokasi nongkrong berbagai komunitas.

Komunitas fans club yang mulai menggelar nobar dengan protokol ketat ini
seperti komunitas Arsenal Indonesia Supporter (AIS) Bali.

Komunitas yang tergabung dalam SuperSoccer Bali ini mulai aktif nobar lagi
sejak sebulan terakhir ini. Mereka menerapkan protokol pencegahan COVID-19
dengan memakai masker, serta handsanitizer. Pihak kafe juga menyiapkan tempat
cuci tangan.

Dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat dan disiplin serta
bergulirnya Liga Inggris menjadi alasan nobar semarak lagi. Pengelola kafe
Monjali Ari Suastini mengatakan kehadiran fans club yang menggelar nobar di
kafe Monjali membuat omzet harian mereka bertambah.

“Jika dibandingkan hari biasa, omzet penjualan saat ada nobar di kafe tersebut
naik mencapai 20 persen,” katanya menyebutkan. Kata Ari, kehadiran komunitas
fans club ini sangat berpengaruh terhadap omzet tempat kuliner yang
dikelolanya.

“Apalagi nobar sering diadakan saat tim kesayangan mereka bertanding.
Pertandingan Liga Eropa sangat membantu bisnis kami,” kata Ari dihubungi
Selasa (6/10/2002) malam.

Dijelaskan Ari, euforia komunitas mulai bangkit lagi dalam sebulan terakhir
ini. Kafe yang memiliki menu andalan nasi goreng kampung dan pop corn chicken
cajun ini selalu ramai saat nobar tiba. Sekali nobar jumlah komunitas yang
hadir sekitar 20 orang.

Pihaknya berharap kondisi pandemi segera berakhir, sehingga denyut
perekonomian bisa menggeliat lagi. “Karena pandemi usaha kami tutup sejak
Maret. Bulan Agustus mulai jalan lagi bersamaan dengan dimulainya liga-liga di
Eropa,” terangnya.

Keuntungan lain jika ada partai big match adalah mereka yang menonton bukan
hanya dari komunitas fans club yang bersangkutan, namun juga pengunjung lain
juga ikut terbawa masuk karena ingin menyaksikan pertandingan.

Karena itu pihaknya juga selalu menyiapkan secara khusus tempat saat fans club
yang tergabung dalam SuperSoccer Bali ini menggelar nobar.

Pembina SuperSoccer Bali Fendy didampingi Fransiscus Stevy mengatakan, fans
club binaannya seperti AIS dan fans club lainnya selalu rutin menggelar nobar
di Kafe Monjali.

Kata dia, terbaru adalah fans club AIS Bali yang tergabung dalam SuperSoccer
Bali. “Kami mendorong komunitas turut meramaikan kafe saat nobar. Ini sebagai
bagian dari membantu menghidupkan lagi perekonomian saat pandemi,” terang
Fendy.

Ketua AIS Bali, Wage Ramadhan mengatakan saat nobar pihaknya menerapkan sistem
harga tiket masuk (HTM) Rp 15 ribu. Disebutkan rinciannya, Rp10 ribu untuk
venue Kafe Monjali yang selain dapat tempat nonton juga ada minuman dan
makanan ringan. Sisanya Rp 5 ribu untuk kas AIS Bali.

“Selama ini kami sangat nyaman nobar di Monjali, kami juga ucapkan terimakasih
kepada SuperSoccer Bali dan Monjali yang telah memfasilitasi tempat untuk
nobar,” ungkap Wage, sapaanya. (rhm)

Artikel Lainnya

Terkini