![]() |
Ilustrasi (Foto:KabarNusa) |
KabarNusa,com, Denpasar – Ibadah
Nyepi diharapkan dapat menjadi momentum penting bagi umat Hindu dalam
membangun kesadaran baru di tengah arus modernitas atau kekinian.
Hari ini, seluruh penjuru Bali dibalut kesunyian, keheningan dan ketentraman. Hiruk pikuk dan pelbagai aktivitas ditinggalkan.
Empat
hal yang dilarang dalam tapa berata penyepian yakni amati geni tidak
menyalakan api, amati lelungan atau tidak berpergian, amati karya tidak
bekerja ) dan amati lelanguan atau tidak bersenang-senang.
Karenanya,
mulai pagi ini hingga esok hari, Keheningan dan rasa damai benar-benar
dirasakan tidak hanya umat Hindu, warga lainnya yang tinggal di Pulau
Bali.
Jalanan di semua tempat yang biasanya ramai, sesak oleh
lalu lalang kendaraan, kini sepi bebas dari segala polusi suara maupun
udara.
Demikian juga, siaran televisi dan radio yang selama ini menemani aktivitas warga di rumah juga berhenti siaran.
Suasana
alam terasa, ditingkahi kehadiran suara burung, serangga, anjing dan
satwa piaraan lainnya, Beberapa pecalang berpakaian adat, tampak
mengawasi dan memastikan agar pelaksanaan Nyepi berlangsung aman, tertib
dan khidmat.
“Momentum Nyepi sejatinya dijadikan pencarian diri
kita untuk mengimplementasikan nilai-nilai dalam membangun kesadaran
baru,” ulas seniman dan tokoh masyarakat Hindu Ketut Redika dihubungi
Senin (31/3/2014).
Kesadaran baru dalam menjawab tantangan besar saat ini seperti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sulit dihindari.
Menjadi tugas bersama, bagaimana mengembalikan jati diri manusia terutama generasi muda agar tidak menjadi korban teknologi.
Pendek kata, Nyepi merupakan ruang besar buat perenungan, kontemplasi untuk mencapai kesadaran baru.
Kesadaran baru untuk bisa memilah-milah, menyeleksi transformasi sehingga bisa memberi kemanfaatan, kesejahteraan.
“Tidak
hanya bagi manusia namun juga seluruh alam semesta,” kata pria asal
Kabupaten Gianyar yang juga salah satu pejabat di sebuah BUMN di Bali
itu.
Nyepi juga menjadi momentum pengujan dan sistem pembelajaran
kepada anak-anak atau generasi muda dalam mengintegrasikan pengetahuan
di sekolah dengan norma di luar seperti dalam keluarga atau di
masyarakat.
Ibadah Nyepi, sambungnya. jangan hanya dipahami
sebagai sekedar rutinitas semata, namun bisa lebih menemukan esensinya
ke tingkat kebudayaan.
Esensi nyepi dalam kebudayaan diperlukan untuk menjaga manusia untuk tidak mudah terjerumus di tengah arus modernitas.
“Bagaimana manusia menjaga keberlangsungan alam dan generasi mendatang,” demikian Redika. (rma)