Denpasar – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggelar kegiatan Digital Financial Literacy (DFL) yang diharapkan bisa mendorong mahasiwa mampu menciptakan solusi digital yang inovatif dan inklusif sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas layanan keuangan.
Kepala Departemen Pengaturan dan Perizinan ITSK, Aset Keuangan Digital dan Aset Kripto Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Djoko Kurnijanto menyampaikan itu pada gelaran Digital Financial Literacy (DFL) untuk mahasiswa Bali.
DFL mengusung tema Perkembangan dan Peluang bagi Gen Z di Industri Inovasi Teknologi Sektor Keuangan (ITSK) di Indonesia secara hybrid kepada mahasiswa dari Universitas Udayana, Universitas Mahasaraswati, serta Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) STIKOM Bali di Denpasar 23 Agustus 2024.
Ia menekankan pentingnya literasi keuangan digital di era transformasi digital yang semakin pesat.
Dikatakannya, mahasiswa sebagai generasi muda memiliki peran penting dalam mendorong inovasi di sektor keuangan, dan penting untuk memiliki pemahaman yang komprehensif tentang teknologi seperti Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), Blockchain, dan Cloud Computing
“Sehingga dapat mempercepat inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat dan sektor keuangan” kata Djoko Kurnijanto.
Pihaknya mendorong mahasiwa untuk aktif berpartisipasi dalam menciptakan solusi digital yang inovatif dan inklusif sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas layanan keuangan.
Selain itu menjadi penggerak dalam meningkatkan literasi keuangan digital di lingkungan sekitar mereka.
Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan Kantor OJK Provinsi Bali, Ananda R. Mooy menyambut positif pelaksanaan kegiatan Digital Financial Literacy (DFL) untuk mahasiswa Bali.
Apalagi, inovasi teknologi menghadirkan solusi yang better-faster-cheaper dan mendorong layanan keuangan lebih inklusif dengan menjangkau segmen yang semula tidak terlayani.
“Peningkatan literasi keuangan digital sangat penting bagi generasi muda yang berada di era digital saat ini, dan teknologi digital telah membawa perubahan besar dalam mengelola dan bertransaksi dengan uang, yang salah satu inovasinya yaitu aset kripto,” kata Ananda.
Tantangan OJK ke depan adalah meningkatkan literasi dan inklusi keuangan digital, karena terkait sumbangan ekonomi digital terhadap PDB untuk menjadikan Indonesia negara maju.
Percepatan literasi dan inklusi keuangan digital sebelum 2045 menjadi penting, serta diimbangi dengan pemberian edukasi oleh OJK dan Industri Jasa Keuangan (IJK) secara berkesinambungan dalam upaya pelindungan konsumen.
Melalui optimalisasi peran Inovasi Teknologi Sektor Keuangan (ITSK), diharapkan dapat mendukung Ekosistem Industri Jasa Keuangan yang inklusif, inovatif dan berkelanjutan.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Kepala Departemen Pengaturan dan Perizinan ITSK, Aset Keuangan Digital dan Aset Kripto Djoko Kurnijanto, Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan Kantor OJK Provinsi Bali Ananda R. Mooy, Direktur Eksekutif Asosiasi Fintech Indonesia Aries Setiadi, Wakil Kepala Eksekutif Advokasi Asosiasi Fintech Syariah Indonesia Aggi Nauval Guntur Surapati, Wakil Rektor II ITB Stikom Bali Ni Luh Putri Srinadi, dan Pembina Galeri Investasi Universitas Mahasaraswati Ni Putu Shinta Dewi.