OJK: Masih Minus, Pertumbuhan Ekonomi Bali Mulai Membaik

12 Desember 2020, 18:13 WIB
Ketua OJK Regional 8 Nali dan Nusa Tenggara, Tribroto saat media
gathering di Gianyar/Kabarnusa

Gianyar – Meskipun pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali masih minus
atau negatif namun trendnya mulai menujukkan perbaikan.

Diakui Kepala OJK Regional 8 Bali dan Nusa Tenggara Giri Tribroto, pandemi
Covid-19 masih mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Bali. Di awal pandemi,
pertumbuhan ekonomi minus 1 persen lebih, berlanjut di triwulan II minus 12
persen lebih dan minus 13 persen di triwulan III.

“Kita belum tahu seperti apa pertumbuhan di triwulan IV ini. Tapi saya lihat
pertumbuhannya mulai membaik, meski masih negatif,” ujar Tribroto saat media
gathering di Gianyar, Jumat (11/12/2020).

Hadir dalam acara itu, Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan Ananda R.
Mooy, Deputi Direktur Pengawasan LJK 1 Armen dan Deputi Direktur Pengawasan
LJK 2 dan Perizinan Yan Jimmy Hendrik Simarmata serta Deputi Direktur
Manajemen Strategis, EPK dan Kemitraan Pemda I Nyoman Hermanto Darmawan.

Dijelaskan Tribroto, melalui kegiatan ini, media diharapkan bisa turut
menyebarluaskan program-program OJK. Pihaknya melakukan evaluasi program yang
berjalan tahun ini dan tahun depan seperti apa nanti perkembangannya. Tentu
harapannya tak seperti saat ini.

“Pertumbuhan memang masih minus tapi sudah mulai membaik,” ujar Tribroto yang
baru beberapa bulan bertugas di Bali.

Dalam kesempatan sama, Hermanto Darmawan dalam pemaparannya mengatakan ada
beberapa program OJK di antaranya kinerja IJK, Perkembangan PEN di Bali, KUR
serta Program Kerja TPAKD.

Di Bali terbanyak di Denpasar dan Badung. Ada 54 bank umum, 135 BPR dan 17
perusahaan efek. Terkait kinerja perbankan diakui aset dan DPK (Dana Pihak
Ketiga) turun. “Tapi kredit meningkat meski tipis yakni 0,99 persen (yoy) Rp93
triliun,” jelasnya.

Untuk aset hingga Oktober 2020 turun 3,85 persen dan DPK minus 4,33 persen.
“Tapi secara nominal aset, DPK maupun kredit berangsur normal,” tambah
Hermanto. Dijelaskan kredit tertinggi masih di sektor konsumtif disusul
perdagangan, dan akomodasi, makanan dan minuman.

Bagi pasar modal, pertumbuhan investor saham meningkat cukup signifikan yakni
49,19 persen (yoy). Jumlah investor saham dalam nilai SID (Single Investor
Identification) hingga Oktober 2020 yakni 32.026 SID.

“Investor saham meningkat salah satunya karena nilai saham turun sehingga
banyak yang berinvestasi,” jelas Hermanto. Dijelaskan pula debitur yang
terdampak sebanyak 230.389 rekening dengan nilai Rp33,93 triliun. Sedangkan
debitur restrukturisasi jumlahnya 187.557 dengan nilai Rp29 triliun lebih.

Soal KUR di Bali, hingga Oktober 2020 tersalur Rp4,89 triliun (73,51 persen)
dari target Rp6,65 triliun. Sedangkan NPL KUR hanya 0,03 persen.

“Sektor yang mendominasi KUR ini 31,78 persen pada perdagangan besar dan
eceran, 19 persen industri pengolahan, 17,8 persen pertanian dan 13,51 persen
di sektor akomodasi dan makanan minuman.

Dijelaskan program inklusi keuangan terus didorong melalui TPKAD (Tim
Percepatan Akses Keuangan Daerah) yakni peningkatan peran atau fasilitasi
lembaga keuangan melalui program business matching, program kredit pembiayaan
melawan rentenir (K PMR) dan program Kejar (Satu Rekening Satu Pelajar).

Ditegaskan, OJK juga terus melakukan berbagai terobosan di bidang teknologi
informasi untuk mendukung perluasan akses keuangan untuk semua lapisan
masyarakat. (riz)

Berita Lainnya

Terkini