Denpasar – Inflasi di Provinsi Bali pada Maret 2025 menunjukkan peningkatan moderat yang masih berada dalam batas target nasional sebesar 2,5±1%.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, inflasi bulanan tercatat sebesar 1,61% (mtm), meningkat dibandingkan Februari yang mengalami deflasi 0,57% (mtm).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja menyatakan inflasi tahunan juga naik menjadi 1,89% (yoy) dari 1,21% (yoy) bulan sebelumnya.
“Secara keseluruhan, perkembangan inflasi di Bali pada Maret cukup terkendali,” tegas Erwin Soeriadimadja dalam keterangan tertulisnya Selasa 9 April 2025.
Namun, beberapa komoditas seperti hortikultura mengalami kenaikan harga signifikan, sehingga memerlukan perhatian lebih.
Menyongsong Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Galungan pada April, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Bali terus mendorong sinergi dan inovasi untuk pengendalian inflasi.
Singaraja Catat Inflasi Tertinggi
Analisis spasial menunjukkan inflasi terjadi di seluruh kabupaten/kota Bali. Singaraja mencatatkan inflasi bulanan tertinggi sebesar 1,71% (mtm) atau 1,09% (yoy), disusul Denpasar dengan inflasi bulanan 1,69% (mtm) dan tahunan 2,53% (yoy).
Kabupaten lainnya seperti Tabanan dan Badung juga mengalami peningkatan inflasi.
Komoditas Penyumbang dan Kendala Inflasi
Inflasi Bali pada Maret 2025 sebagian besar dipengaruhi oleh kelompok perumahan, listrik, dan bahan bakar rumah tangga, serta makanan, minuman, dan tembakau.
Normalisasi tarif listrik pasca-diskon menjadi faktor utama inflasi, disertai kenaikan harga cabai rawit dan bawang merah akibat terbatasnya pasokan.
Lanjut Erwin Soeriadimadja, di sisi lain, inflasi tertahan oleh penurunan harga daging babi, tarif angkutan udara, dan daging ayam ras.
Potensi Risiko di Masa Mendatang
Risiko inflasi ke depan meliputi peningkatan permintaan barang dan jasa menjelang HBKN Galungan, serta kenaikan harga komoditas seperti daging ayam, telur ayam ras, minyak goreng, dan emas perhiasan. Normalisasi tarif listrik dan harga tiket pesawat juga berpotensi menambah tekanan inflasi.
Strategi Pengendalian Inflasi Bali
Bank Indonesia Bali berkomitmen untuk menjaga stabilitas inflasi melalui pendekatan 4K: Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi yang Efektif.
Bersama TPID, langkah strategis ini dilengkapi dengan upaya peningkatan produktivitas lahan pertanian, efisiensi rantai pasok, dan optimalisasi penggunaan produk lokal.
Melalui kolaborasi ini, Bank Indonesia Bali optimis bahwa inflasi di Bali dapat tetap terkendali, sesuai dengan target nasional pada 2025. ***