Usianya boleh 82 tahun tapi cara berjalan, raut wajah, hingga penglihatanya tidak sama sekali menunjukan usia 82 yang sebenarnya. “Mbah silakan tanda tangan di sini” sahut kami yang menyodorkan tanda bukti sudah survei melalui tandatangan beliau. “Di sini ya nak?” timpal Mbah Patimah.
Letak tandatangan yang pas dan sesuai nama beliau tanpa perlu ditunjukan beberapa kali sudah membuktikan bahwa penglihatan beliau benar-benar masih istimewa.
Dan surveipun selesai sudah. Sejenak lalu kamipun berbincang. Rasa penasaran dengan nama Patimah terus terang masih mengganjal dalam sanubari kami. “Mbah apa jenengan yang menanam bunga-bunga sepanjang gang desa itu” tanya kami menyelidik. “Iya nak, benar sekali” jawab beliau dengan nada ringan dan biasa saja. Tetapi bagi kami jawaban itu bagaikan kata kunci yang telah membuka kotak penasaran kami akan misteri bunga indah dalam gang.
‘Rawayan Jati Sunda’, Upaya Pelestarian Lingkungan dengan Metode Keseimbangan
Ternyata Patimah bukanlah orang baru dalam pelestarian lingkungan di desa Banjarsari. Buah kepedulian, kreatifitas, dan tangan dingin beliau dalam pelestarian alam sudah diakui pemerintah desa. Terbukti dari Piagam Penghargaan dari Pemerinta Desa Banjarsari yang beliau terima pada tahun 2020 silam yang terpasang mentereng di tembok ruah reot beliau.
Hal itu semakin menambah rasa kagum kami pada Mbah Patimah. Coba kita berangan sejenak, seorang lansia berusia 82 tahun masih dengan giat peduli pada alam, mengabdikan diri pada kebersihan dan keindahan desa, tanpa mengharap imbal jasa sepeserpun. Sedangkan kita? Kerja bakti lingkungan tiap hari Jumat saja kita enggan. Membuang sampah saja kita masih di sembarang tempat. Melihat rumput tumbuh liar saja kita abai.
Obrolan kamipun berlanjut. Ternyata bukan hanya menanam bunga-bunga indah yang dilakukan Mbah Patimah dalam bakti lingkunganya. Beliau dengan ikhlas mencabuti rumput dan tanaman-tanaman liar yang mengganggu pemadangan jalan desa.
Membela Diri saat Diserang Pencuri Ikan, Mbah Minto Huni Sel Polres Demak