DENPASAR – Keutuhan NKRI saat ini sedang dalam ujian dengan berbagai cara, baik yang nampak maupun tidak termasuk oleh oknum atau kelompok tertentu yang menginginkan Indonesia berubahan haluan idelogi. Permasalahan intoleransi dan perpecahan merebak belakangan di Indonesia. Isu-isu Suku, Agama, Ras dan Atargolongan (SARA) kerapkali diungkit-ungkit demi kepentingan politik dan kelompok tertentu.
Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia belakangan ini tak mampu menahan kuatnya gesekan baik dari dalam dan luar. Lebih-lebih fenomena radikalisme yang bartameng agama. “Dari dulu Pancasila seringkali diwacanakan. Anak bangsa disibukkan menghafal bukannya mengimplementasikan,” kata Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Politik dan Sosial (Stispol) Wira Bhakti I Negah Merta.
Marta menyampaikan itu disela kegiatan Seminar Nasional yang digagas oleh MPR RI dan Dewan Pimpinan Kabupaten (DPK) Perhimpunan Pemdua HIndu (Peradah) Indonesia Kabupaten Badung di Aula PHDI Bali Jl Ratna no 71, Denpasar, Senin (12/12/16).
Acara mengusung tema “Pilar Kebangsaan Pancasila, UUD 45, NKRI, Bhineka Tunggal Ika, Indonesia Bersatu, Beragam Warna, Berjuta Karya” juga dihadiri oleh Anggota DPD RI I Gede Pasek Suardika sebagai pembicara.
Merta menegaskan, saat ini keutuhan NKRI coba diganggu dengan berbagai cara. Baik secara nampak maupun tidak. Termasuk oknum atau kelompok tertentu yang menginginkan Indonesia berubahan haluan idelogi. Namun, hal itu tak mudah dilakukan. Pancasila sebagai pengikat keberagaman di Indonesia masih memiliki pengaruh kuat.
Ia mendorong, agar anak muda tdiak mudah terprovakasi dan menjadi sosok yang tampil untuk mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila. Kata dia, kuncinya, mari menghormati perbedaan bukan mendebatnya. (gek)