Karangasem– Atmosfer khidmat menyelimuti kawasan suci Pura Agung Besakih pada Sabtu (12/4/2025). Ribuan pasang mata umat Hindu sejak mentari pagi merekah, memadati setiap sudut Penataran, menanti momen sakral Puncak Karya Agung Ida Bhatara Turun Kabeh (IBTK) 2025.
Denting lonceng dan alunan kidung suci seolah berpadu dengan hembusan angin pegunungan, mengantarkan khusyuknya Muspayang Bhakti yang membuka gerbang puncak perhelatan spiritual tahunan ini.
Di tengah lautan umat yang berpakaian serba putih, tampak Gubernur Bali, Wayan Koster, dengan khidmat memimpin jalannya persembahyangan.
Tatapan mata Koster terarah pada Sang Hyang Widhi Wasa, memanjatkan rasa syukur atas limpahan karunia yang tak terhingga. Purnama Sasih Kadasa, yang dipercaya sebagai waktu paling utama untuk menghaturkan Dewa Yadnya, menjadi saksi bisu kekompakan ribuan hati dalam balutan spiritualitas.
Usai kidung suci mereda, ketegangan khidmat semakin terasa saat prosesi Nedunang Ida Bhatara Kabeh dimulai. Satu per satu, Ida Bhatara yang bersemayam di Bale Pesamuhan Agung diiringi dengan khusyuk menuju Bale Paselang.
Sorot kamera dan bisik kekaguman mengiringi langkah Gubernur Wayan Koster yang dengan penuh takzim mundut (mengusung) Pralingga Ida Bhatara Lingsir.
Pemandangan yang menyentuh kalbu, diikuti oleh para Kepala Daerah atau perwakilan dari seluruh penjuru Bali yang turut mundut Pralingga sesuai dengan amongan (tanggung jawab) masing-masing.
Sebuah representasi persatuan dalam keberagaman, terjalin dalam ritual suci.
Lima Sulinggih (pendeta Hindu) terkemuka menjadi nahkoda spiritual dalam Muspayang Bhakti karya ini. Mereka adalah Ida Sri Bhagawan Putra Natha Nawa Wangsa Pemayun, Ida Pedanda Gede Karang Putra Kenitan, Ida Pedanda Suwabawa Karang Adnyana, Ida Pandita Dukuh, Ida Pandita Empu Pande, Ida Pandita Empu Ratu Pasek, serta Ida Dalem Semara Putra. Lantunan doa dan mantra mereka menggema, menyucikan setiap jengkal tanah Besakih.
Dengan langkah mantap dan hati penuh penyerahan, Gubernur Koster tak beranjak dari Pralingga Ida Bhatara. Ia mundut dengan khidmat, mengiringi prosesi Murwadaksina – mengelilingi seluruh pelinggih suci di areal Penataran Pura Agung Besakih sebanyak tiga putaran.
Sebuah dedikasi yang menggambarkan betapa pentingnya nilai-nilai spiritual dalam kepemimpinan.
Setibanya Ida Bhatara di Bale Paselang, upakara Paselang segera dihaturkan.
Dua Sulinggih agung, Ida Pandita Empu Siwa Putra Dharma Dhaksa dan Ida Pedanda Gede Jelantik Darma Purwita Karang, memimpin jalannya ritual.
Kembali, Gubernur Bali bersama jajaran pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, serta ribuan pemedek (umat yang hadir), khusyuk mengikuti Muspayang Bhakti di depan Bale Paselang. Setelah rangkaian ini, Ida Bhatara Kabeh kembali disemayamkan di Bale Pesamuhan Agung.
Sebuah kontras dramatis mewarnai perjalanan spiritual kali ini. Jika pada prosesi Nedunang Ida Bhatara Kabeh sebelumnya (9/4) gerimis membasahi bumi, seolah menjadi pertanda pembersihan energi negatif di jalur yang dilalui Ida Bhatara, maka pada puncak karya ini, mentari bersinar terik.
Cahayanya menerangi setiap detail upacara, memastikan kelancaran seluruh rangkaian acara. Panasnya mentari seolah tak mampu meruntuhkan kekhusyukan dan semangat ngayah (melayani) serta menghaturkan bakti para pemedek.
Sinar lembutnya berpadu dengan sejuknya udara pegunungan Desa Rendang, menciptakan harmoni alam yang mendukung kesucian ritual.
Selain upakara utama, kesucian Besakih juga dilengkapi dengan upakara Pengemit lan Pengerajeg yang dipimpin oleh Sulinggih Ida Rsi Sidhi Cita bersama Ida Pedanda Bukit Kemenuh, serta upakara Ambal-Ambal yang dipuput oleh Ida Rsi Bhujangga Wisnawa bersama Agni Wisesa Maheswara.
Ragam upakara ini semakin memperkaya dimensi spiritual puncak karya.
Jro Mangku Gusti Jana, sang penjaga Pura Agung Besakih, tak dapat menyembunyikan rasa syukur dan bahagianya atas kelancaran seluruh rangkaian puncak Karya IBTK Tahun 2025.
“Upacara agung ini adalah ungkapan bakti dan syukur kami setiap tahun atas anugerah Ida Bhatara Hyang Parama Kawi yang melimpahkan amertha (air suci) kehidupan. Prosesi tedun ke paselang adalah simbol kehadiran Ida Bhatara memberikan berkat kepada alam semesta beserta isinya. Selanjutnya, setiap hari akan ada upakara penganyar secara bergilir dari Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota se-Bali,” tuturnya dengan penuh haru.
Sejumlah tokoh penting turut hadir dalam momen sakral ini, di antaranya Inspektur Jenderal Kementerian Perdagangan Komjen Pol. Putu Jayan Danu Putra, Bupati Karangasem Gusti Putu Parwata beserta Wakil Bupati Pandu Prapanca Lagosa, Bupati Klungkung Made Satria beserta Wakil Bupati Tjokorda Gde Surya Putra, Danrem 163/Wirasatya Kolonel Inf. Ida I Dewa Agung Hadisaputra, Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra beserta Ibu, Anggota DPRD Provinsi Bali Made Sumiati, Wakil Gubernur Bali periode 2018-2023 Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, serta para Pimpinan Perangkat Daerah di lingkup Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota se-Bali. Kehadiran mereka semakin menegaskan sinergi antara nilai-nilai spiritual dan kepemimpinan.
Usai khidmatnya puncak Karya IBTK 2025, Gubernur Bali Wayan Koster melanjutkan baktinya dengan melakukan peletakan batu pertama pembangunan Pura Pedharman Sira Arya Gajah Para Bretara Sira Arya Getas yang masih berada di kawasan suci Pura Agung Besakih.
Langkah ini menjadi simbol komitmen untuk melestarikan warisan leluhur.
Dalam sambutannya, Gubernur Koster menyampaikan rasa terima kasih atas kehormatan yang diberikan untuk menjadi bagian dari awal pembangunan Pura Pedharman tersebut.
“Tidak ada yang lebih mulia dari niat dan tugas pratisentana (keturunan) untuk membangun linggih Pedharman (tempat suci leluhur) guna memuliakan leluhurnya.
Ini adalah wujud bakti sekaligus kewajiban. Kita telah dianugerahi kehidupan, rezeki, hingga jabatan, jangan sampai kita melupakan leluhur. Kita harus selalu ingat agar keturunan kita senantiasa diberkahi anugerah yang terbaik dan berkelanjutan,” pungkasnya dengan nada penuh harap. ***