![]() |
Kaum peremuan Bali dalam kegiatan keagamaan yang kental dengan adat dan budaya (foto:kabarnusa) |
DENPASAR – Pariwisata berbasiskan budaya akan tetap dibutuhkan ke depan karena itu menjadi kekuatan dalam membangun citra dan branding Pulau Bali sebagai destinasi utama di Tanah Air.
Pemerintah Pusat telah mewacanakan sepuluh Bali Baru Ide di seluruh nusantara. Jika Bali tidak bisa berinovasi wisatawan tak akann melirik Bali.
Di pihak lain, gagasan pemerintah itu melahirkan kontroversi karena hal itu menanakan pemerintah terlalu berorientasi pada mass tourism.
Akademisi Pariwisata IHDN I Wayan Wiwin menegaskan, sampai kapan pun Bali akan membutuhkan kekuatan budaya untuk memperkuat citra dan brandingnya.
“Budaya secara langsung menjadi antraksi umat Hindu setiap hari di Bali, tanpa ada paksaan.
Natural. Ini berbicara mengenai land mark,” tegas di sela Diskusi Kamisan IHDN Denpasar, Jumat 28 Oktober 2016.
Semangat dan konsep pariwisata yang dikembangkan Bali, secara yuridis juga diatur Perda no no 3 tahun 1974 junc to Perda No 3 tahun 1991 juct to Perda Prov. Bali no tahun 2012 tentang kepariwisataan Bali.
Kata dia, ssecara ekplisit Kebudayaan Bali yang dijiwai ajaran Agama Hindu dan falsafah Tri Hita Karana serta kepariwisataan untuk Bali dan bukan Bali untuk kepariwisataan.
Diskusi Mingguan tersebut menghadirkan beberapa kalangan dari akademisi inter displin, praktisi pariwisata dan mahasiswa.
Acara yang mengusung tema “Re-Desain Pariwisata Bali” dinilai perlu disikapi oleh semuapihak, khususnya parktisi pariwita dan pengambil kebijakan.
Pasalnya, desa wisata yang dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi Bali sebanyak 100 destinasi di seluruh Bali merupakan potensi yang strategis.
Antropolog IHDN Dr Nyoman Segara Yoga menilai kehadiran pariwisata yang menjadi konsep Bali dari era kepemimpinan Ida Bagus Oka, sebenarnya memperkuat dan menghadirkan perbedaan Bali di tingkat nasional dan internasional.
Wisata buatan yang dimiliki oleh negara tetangga, sebenarnya tak kalah dengan pariwisata budaya yang dimiliki oleh Bali.
Bahkan, tak sedikit pariwisata di Asia mulai “mencuri” konsep pariwisata ala Bali.
Pemerintah memang lebih senang dengan dana segar dari investor ketimbang, pembangunan berbasis komuniutas di masyarakat. “Ini fakta,” tegas alumnus Universitas Indonesia itu
Ia menilai konspe pariwista Bali yang berbasis budaya merupkan bonus istimewa. Karena tidak semua daerah memiliki karakter seperti di Bali.
Kata dia, beberapa daerah harus menyiapkan dana yang besar untuk sekadar menggali potensik budaya.
Dekan Fakultas Dharma Duta Dr I Wayan Wastawa menilai pemerintah dan anggota dewan selalu m ewacanakan jargon-jaron pariwisata berbasis budaya, namun tidak konsisten merawatnya.
Mulai dari alih lahan fungsi prioduktif dan tak melangar hukum. Diskusi menilai konsep pariwisata Bali belum membumi jika tidak dikatakan tak jelas. Para akademisi mendorong agar konsep pariwisata di disain ulang dan persiapan matang.
Disamping itu wacana one island one manajement dinilai akan memperkuat pariwisata di Pulau Dewata. (gek)