BULELENG – Kemajuan sektor pariwisata dapat mendorong tumbuhnya kewirausahaan masyarakat sehingga pada gilirannya bisa mengentaskan angka kemiskinan. Menurut mantan Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta, relevansi pariwisata dengan kemiskinan, kata Sapta, juga telah diakui dalam konferensi United Nation World Tourism Organization (UNWTO) di Uzbekistan pada 2014.
“Kemajuan pariwisata akan mengangkat kesejahteran 1 dari 10 penduduk sebuah negara,” ujarnya saat menyampaikan Keynote Speech pada lokakarya bertajuk IPEC 2014 (Indonesia Poverty & Empowerment Conference) di Munduk, Buleleng, Bali, Sabtu (15/11/14).
Hal itu tak lain disebabkan, karena pariwisata akan mengakselerasi potensi ekonomi sehingga memberi manfaat pada pelakunya. Kata dia, pariwisata bermanfaat langsung pada kelestarian lingkungan dan budaya karena kedua hal tersebut menjadi potensi yang harus dijaga agar sebuah destinasi tetap layak dikunjungi.
Kelebihan lain dari pariwisata, karena mendorong kewirausahaan di tingkat lokal sehingga potensi kreatif warga akan dihargai. Dalam konteks menggairahkan kewirausahaan masyarakat itulah maka, upaya pengembangan Desa Wisata menjadi salah-satu strategi unggulan dalam memutus rantai kemiskinan di pedesaan.
Diketahui, pada tahuan 2013, pemerintah mendukung pengembangan 490 desa menjadi desa wisata dengan bantuan finasnial antaraRp 100 juta hingga Rp 150 juta.
Dalam pandangan ekonom Senior dari Universitas Indonesia Prof, Subroto, kekuatan pariwisata yang bahkan bisa menjadi the enginee of growth (pendorong pertumbuhan ekonomi) yang ke-empat setelah perdagangan internasional, konsumsi domestic dan investasi.
Subroto mengingatkan, untuk meningkatkan kemakmuran, pariwisata harus dibangun berdasarkan kebersamaan dan gotong royong sehingga tidak menciptakan kesenjangan baru dalam masyarakat.
“Teori ekonomi yang menyebut keserakahan individual adalah hal yang baik sudah tidak relevan. Krisis ekonomi global yang sudah berkali-kali terjadi adalah akibat penerapan teori itu,” tutup mantan Menteri Pertambangan era Orde Baru itu. (rma)