‘Pasemetonan Suka-Duka’, Bantu Seniman Bali yang Sakit Atau Meninggal Dunia

Pengumpulan donasi bagi seniman yang sakit atau meninggal dunia dilakukan 100 seniman budayawan, penulis, jurnalis dan pegiat seni di Bali yang sepakat membentuk wadah kekeluargaan (pasemetonan).

28 Agustus 2022, 13:00 WIB

Denpasar – Pengumpulan donasi bagi seniman yang sakit atau meninggal dunia dilakukan 100 seniman budayawan, penulis, jurnalis dan pegiat seni di Bali yang sepakat membentuk wadah kekeluargaan (pasemetonan).

Lahirnya wadah baru itu dicetuskan dalam acara Temu Kangen Seniman dan Pegiat Seni yang diinisiasi Oen The Painting di Sekar Jambu Denpasar, Sabtu 27 Agustus 2022.

Adalah kolektor Oen Haryanto Wijaya yang melahirkan gagasan itu dan mendapat dukungan para seniman yang berkumpul dalam acara melepas rindu setelah tak berinteraksi langsung selama pandemi Covid-19.

Budayawan Putu Suasta mengatakan ide yang baik dan bermanfaat bagi sesama harus didukung dan segera diwujudkan. Dia menyebut pernah melakukan penggalangan dana secara spontan bagi seniman yang sedang sakit maupun meninggal dunia.

“Jika dilembagakan akan lebih baik, tetapi perlu pengelolaan yang rapi dan dapat dipercaya,” katanya.

Seniman yang juga dosen ISI Denpasar Prof Wayan Dibia mengatakan wadah ini diformulasikan agar terbuka, fleksibel, merakyat, dan nonpartisan.

Kata dia banyak seniman yang pada masa tuanya merana tak ada yang memperhatikan, padahal saat muda dan produktif disanjung setinggi langit. “Saya sangat mendukung iktikad baik ini dan bersedia ikut terlibat di dalamnya,” ujarnya.

Arsitek Popo Danes mengatakan empati terhadap seniman ini merupakan sebuah awal yang baik dan agar segera ditentukan bentuk dan cara penggalian dananya.

Hal senada disampaikan Rektor ISI Denpasar Prof Wayan Kun Adnyana tentang perlunya kepedulian terhadap sesama seniman yang sedang mengalami musibah atau berduka.

“Kita sama-sama pernah melewati kesulitan saat sakit, saya kira gagasan ini adalah jawabnya dan menjadi imajinasi kita bersama,” kata Kun yang juga seniman seni rupa ini.

Keluarga ISI Denpasar juga memiliki yang disebut ‘rekening duka’ yang menghimpun dana sukarela dari para donatur yang kemudian disalurkan kepada seniman yang sakit.

Kata Kun pola seperti itu bisa diadopsi dan dikembangkan bukan hanya untuk seniman yang sakit tapi juga yang meninggal untuk meringankan beban keluarga yang ditinggalkan.

Seniman Nyoman Erawan mendukung misi kemanusiaan ini dan berharap bisa dilaksanakan dengan manajemen sederhana dan terpercaya. Dia yakin tak sulit mengumpulkan donasi untuk niat luhur untuk membantu sesama seniman yang sedang mengalami musibah.

Seniman yang hadir di antaranya Made Djirna, Made Sumadiyasa, Wayan Redika, Chusin Setiadikara, Mangu Putra, Tjandra Kirana, Gung Man, Nyoman Sujana Kenyem, Suklu, Made Wiradana, Made Kaek, Moelyoto, kurator/penyair Warih Wisatsana dan Arif B Prasetyo.

Ada pula pemilik Griya Santrain Gallery IB Gede Sidharta Putra, pecinta Seni Harry T. Putra, Direktur RS Puri Raharja dr. Bagus Darmayasa, serta istri mendiang Made Wianta, Intan Kirana dan Indrawati, istri almarhum Gunarsa.

Acara yang didominasi puluhan perupa itu tampak guyub bersama seniman dari lintas bidang, jurnalis, kurator, fotografer, dan para pegiat seni.***

Artikel Lainnya

Terkini