Peduli Nelayan Teluk Benoa, TWBI Bagikan Mesin Tempel

19 Februari 2016, 15:57 WIB

Kabarnusa.com – Seorang nelayan di Tanjung Benoa Kabupaten Badung, tak hentinya bersyukur setelah mendapat bantuan mesin tempel 5,5 PK dari PT Tirta Wahana Bali Internasional (TWBI) yang diharapkan dapat menunjang aktivitasnya melaut.

Nelayan berusia lanjut  diketahui bernama Wayan Rana (73) asal Banjar Tengah itu, tampak bersemangat saat menerima mesin tempel yang diserahkan Dirut PT TWBI dan pendiri (founder)  Forum Peduli Mangrove (FPM) Heru B Wasesa Jumat (19/2/2016).

Heru mengungkapkan, telah menerima ada keluhan nelayan yang mengalami kerusakan mesin pada perahunya sehingga aktivitas melautnya terganggu sehingga pihaknya tergerak membantu.

“Saya dengar, ada sedikt bermaslaah pada mesin perahunya, sehingga kita bantu untuk aktivitas sehari hari, ini murni kepedulian kami kepada nelayan sekitar,” ungkapnya.

Karenanya, salah besar, jika dikatakan, TWBI tidak memberdayakan nelayan sekitar saat melakukan pembangunan nanti.

Sejak awal, pihaknya memberikan bukti konkrit yang dibutuhkan masyarakat sekitar seperti nelayan.

“Bantuan itu, hanya salah satu bentuk kebutuhan, bentuk bentuk lainnya kita tidak tahu ,maka dari itu perlu dikomunikasikan, yang jelas antara kita dengan nelayan,” sambung Heru.

Dia memastikan, bantuan dan kepedulian itu tidak akan berhenti sampai di sana. Saat ini, pihaknya fokus memberikan bantuan yang menjadi kebutuhan mendasar mereka.

Nelayan yang melaut, perlu kebutuhan mesin perahu dan itu sudah dibantu TWBI.

Meskipun baru sebatas bantuan awal ini, namun pihaknya akan melihat kedepan program-program seperti apa yang dibutuhkan. Diharapkan pula, agar bantuan tidak lagi, orang per orang melainkan pada program per program.

Disinggung soal kekhawatiran sebagian pihak, jika reklamasi Teluk Benoa akan mematikan aktivitas nelayan tradisional, Heru menegaskan tidaklah benar seperti itu.

“Betul nasib nelayan, harus kita perhatikan, itu yang harus kita bicarakan, bohong sekali dalam pembanguan idak ada dampak, makanya harus dilakukan kajian dampaknya, yakni Amdal,” tutur Heru.

Yang harus dipikikan sekarang, bagaimana antisipasi yang dilakukan, saat terjadi dampak. Bisa jadi bukan dampak permanen, lantas seperti apa?

“Bagi kami, prinsipnya, semua harus tidak boleh rugi, baik terhadap masyarakat apalagi nelayan,” sambungnya.

Dalam kesempatan itu, Rana menyatakan terima kasihnya atas kepedulian TWBI terhadap nasib nelayan seperti dirinya.

Nelayan yang hampir sepanjang hidupnya melaut itu mengaku, dengan bantuan mesin perahu itu, akan menunjang aktivitasnya di laut. Sebelumnya, dia sempat mengamprah pinjaman ke koperasi namun menemui kendala keuangan.

Aktivitas yang masih digelutinya mulai mencari ikan di sekitar Teluk Benoa hingga perairan selatan Bali. Dengan bantuan itu, akan bisa memudahkan aktivitas lainnya seperti mengantar tamu berwisata di Teluk Benoa dan sekitarnya.

“Saya sebagai orang tua, kini memikirkan masa depan anak-anak dan cucu-cucu saya mendatang, biar tidak perlu bekerja jauh ke luar Bali, jika memang ada kegiatan untuk kemajuan pariwisata seperti rencana revitalisasi Teluk Benoa, itu bagus dan perlu didukung,” katanya.

Diapun mengaku,  meminta agar anak-anak dan cucunya tetap melanjutkan sekolah dahulu. Harapannya, jika nanti tamat sekolah bisa bekerja di sektor pariwisata dan tersedia lapangan kerja untuk mereka.

“Kakek mendoakan mudah-mudahan (revitalisasi teluk benoa) jadi, kemana lagi nanti anak cucu bekerja, saya yakin pemerintah tidak bodoh, pasti merancang betul kawasan itu untuk kepentingan masyarakat,” tutup kakek empat anak dan 12 cucu itu. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini