Sleman – Getaran dari peledakan mortir atau dugaan bom pesawat peninggalan Perang Dunia II yang ditemukan di Ngemplak, Glagaharjo, Sleman, terekam oleh alat seismik.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) memastikan bahwa ledakan tersebut tidak memengaruhi stabilitas kubah Gunung Merapi.
Kepala BPBD Sleman, Haris Martapa, menyatakan bahwa pihaknya telah mendata dan mulai menangani kerusakan ringan di sejumlah permukiman warga terdekat. Berdasarkan data akhir, 13 rumah warga terdampak, yang sebagian besar berlokasi di Padukuhan Besalen, Glagaharjo, serta di Banjarsari dan Wukirsari.
Kerusakan yang tercatat meliputi 32 buah genteng pecah, dua titik galvalum rusak (salah satunya di masjid), empat kaca jendela retak, satu tembok rumah retak, dan tujuh pohon tumbang. Serpihan ledakan dilaporkan terlontar hingga jarak 200 meter, sementara suara ledakan terdengar hingga radius lebih dari 3 kilometer.
“Meskipun kerusakannya tidak terlalu berat, kami tetap menindaklanjuti dengan proses perbaikan dan pemberian bantuan sembako,” ujar Haris dalam konferensi pers terkait penemuan dan pemusnahan bom di Ngemplak, Glagaharjo, Sleman, pada Rabu, 13 Agustus 2025.
Selain pemulihan fisik, Pemkab Sleman juga memberikan apresiasi berupa bantuan logistik kepada para warga yang terdampak, khususnya di Padukuhan Besalen karena paling dekat dengan lokasi disposal.
“Hari ini kami bersama dengan Dinas Sosial,ini sedang proses untuk perbaikan dan juga pengiriman untuk apresiasi bentuknya adalah sembako untuk masing-masing rumah tersebut,” imbuh Haris.
Sementara itu, Asisten Sekda Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sleman, Makwan, menjelaskan bahwa ledakan disposal ke-6 memang sempat memicu getaran yang terekam oleh alat seismik milik BPPTKG.
“Ledakan ke-6 terekam oleh alat seismik di Perdek Opak, Labuhan, hingga Pasar Bubrah. Dari pantauan BPPTKG, tidak ada dampak signifikan terhadap stabilitas kubah Gunung Merapi,” jelas Makwan.
Ia juga menekankan bahwa pemindahan lokasi disposal dari Ngemplak ke Cangkringan dilakukan atas pertimbangan teknis untuk meminimalisir risiko terhadap keselamatan warga.
“Kami berterima kasih atas dukungan warga Cangkringan yang terbiasa dengan penanganan situasi kemanusiaan. Proses sterilisasi hingga disposal berjalan lancar berkat kolaborasi seluruh pihak,” ujarnya.
Makwan menyebut biaya penanganan kerusakan ringan diperkirakan mencapai Rp5,5 juta. Proses perbaikan dan distribusi bantuan ditargetkan rampung dalam waktu dekat.
““Istilahnya bukan penggantian, tapi pemulihan dan apresiasi. Mudah-mudahan hari ini bisa diselesaikan semuanya sesuai arahan Pak Bupati,” pungkas Makwan.***