Pemkot Yogyakarta Siap Permanenkan Pedestrian Penuh dengan Sentuhan Budaya

Uji coba pedestrian penuh (full pedestrian) selama dua hari (1-2 Desember 2025) di kawasan Malioboro Yogyakarta

1 Desember 2025, 22:35 WIB

Yogyakarta– Suasana hening kendaraan bermotor berganti hiruk-pikuk aktivitas pejalan kaki dan gemerlap budaya mewarnai kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta, pada awal Desember ini. Dalam uji coba pedestrian penuh (full pedestrian) selama dua hari (1-2 Desember 2025),

Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta tidak sekadar mengosongkan jalan, melainkan menyajikannya sebagai panggung megah bertajuk “Malioboro Culture Vibes”.

Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yetti Martanti, menegaskan gelaran ini merupakan simulasi krusial sebelum Malioboro resmi diterapkan sebagai kawasan pedestrian permanen.

Tujuannya jelas: menghidupkan Malioboro sebagai ruang publik yang inklusif, kaya akan ekspresi budaya.

“Kami melakukan uji coba untuk memitigasi potensi permasalahan yang mungkin muncul saat full pedestrian diberlakukan. Ini adalah presentasi dari beragam aktivitas yang sudah ada, yang kami hadirkan kembali untuk memperkuat citra Malioboro,” jelas Yetti.

Keterlibatan komunitas lokal menjadi elemen kunci. GKR Bendara menekankan pentingnya acara ini sebagai ruang dialog dan berharap kegiatan serupa dapat dipetakan jauh hari.

“Jika ini menjadi pengisi acara di Jogja, harapannya bisa dipetakan jauh sebelum penyelenggaraan, sehingga dapat memancing wisatawan datang,” ujar GKR Bendara.

Ia juga melihat peluang besar untuk menarik wisatawan mancanegara. Meskipun mengedepankan konten lokal, kegiatan ini bisa dimaksimalkan dengan menghadirkan informasi dalam bahasa asing dan memamerkan keragaman budaya yang memikat.

Kepala Dinas Kebudayaan pun menyebut pihaknya telah memiliki daftar aktivitas budaya yang siap dihelat secara berkala saat pedestrian penuh diberlakukan.

Penerapan full pedestrian ini tidak mengabaikan kebutuhan sarana dan prasarana penunjang.

Yetti Martanti menyebutkan, Pemkot tengah mematangkan solusi untuk titik transit andong dan becak, serta mengkaji bagaimana transportasi publik tetap dapat memberikan akses mudah bagi masyarakat ke Malioboro.

Banyak hal yang harus disiapkan, terutama berkaitan dengan sarana-prasarana seperti titik endapan atau transit untuk andong dan becak.

Kami juga harus memikirkan bagaimana transportasi publik tetap memudahkan akses masyarakat,” pungkasnya.

Malioboro Culture Vibes bukan sekadar pengujian kebijakan, melainkan visi Pemkot Yogyakarta untuk mentransformasi jantung kota menjadi etalase budaya yang hidup, nyaman bagi pejalan kaki, sekaligus magnet baru bagi pariwisata domestik maupun internasional. ***

Berita Lainnya

Terkini