Bangli – Guna memenuhi kebutuhan sarana upakara Kelompok Tani Hutan Glagalinggah dan Desa Adat Glagalinggah, Desa Kintamani, Kecamatan Kintamani, Bangli mengembangkan Taman Gumi Banten yang mendapat dukungan AQUA Mambal.
Hadirnya Taman Gumi Banten, khusus untuk tanaman yang biasa dipakai sarana upakara dan tanaman Obat.
Kebutuhan akan sarana upakara sangat tinggi di Bali sebagaimana dirasakan Desa Adat Glagalinggah.
Terlebih saat pujawali yang dilaksanakan di setiap parahyangan masing-masing Adat.
Sejak tahun 2024, Taman Gumi Banten ini sudah dikembangkan yang berada di Wana Wisata Hutan Pinus Glagalinggah.
Taman Gumi Banten, merupakan salah satu kegiatan dari program Desa Ramah Air Hujan dan Wisata Alam.
Program Desa Ramah Air Hujan dan Wisata Alam sendiri adalah implementasi inisiatif CSR dari Pabrik AQUA Mambal dengan Lingkup kegiatannya meliputi Konservasi Sumber Daya air dan Budaya.
Stakeholder Relation Manager AQUA Mambal I Nyoman Arsana menyampaikan Wana Wisata Hutan Pinus Glagalinggah ini diharapkan menjadi wadah edukasi bagi masyarakat Desa Adat Glagalinggah sekaligus wisatawan yang berkunjung.
“Pendampingan yang kami lakukan telah membuahkan hasil dengan lingkungan yang terjaga baik oleh masyarakat dengan kearifan lokal,” tutur Nyaman Arsana.
Potensi tersebut menjadikan Wana Wisata Hutan Pinus Glagalinggah sebagai salah satu tujuan wisata, kami akan terus mendorong kebaikan tersebut supaya bisa menginspirasi lebih banyak orang.
Kata Nyoman Arsana, dalam pelaksanaanya, menggandeng Yayasan Sahabat Timur Indonesia sebagai mitra dilapangan, mahasiswa, media, Masyarakat desa tentunya.
“Kami juga berkoordinasi dab berkonsultasi dengan UPTH KPH Bali Timur,” imbuhnya.
Pendekatan Pentahelix tersebut dilakukan AQUA Mambal dalam mewujudkan sinergi yang optimal
Ketua Pengelola Wana Wisata Hutan Pinus Glagalinggah I Wayan Sumadi menjelaskan “kelompok Tani Hutan Glagalinggah lestari yang jumlahnya 72 orang memanfaatkan kawasan Hutan dengan hak pengelolaannya sejak tahun 2018 dimana Kelompok Tani Hutan Glagalinggah Lestari diberikan hak Pengelolaan Hutan dengan luas 54 Ha.
“Semenjak tahun 2021 bekerjasama dengan AQUA Mambal dan Yayasan Sahabat Timur Idonesia mengembangkan program Desa Ramah Air Hujan dan Wisata Alam dengan kegiatan Wana Wisata Hutan Pinus Glagalinggah berbasis konservasi Daya Air dan Budaya” ujar Wayan Sumadi.
Ditambahkan, Bendesa Adat Glagalinggah I Wayan Tatok Suputra, sebelum ditetapkan menjadi Taman Gumi Banten kondisinya juga sama seperti hutan-hutan lainnya di wilayah desa sekitar.
Diakuinya, di kawasan tersebut dilakukan penebangan liar oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Jumlah jenis vegetasinya semakin berkurang karena tidak ada konservasi sehigga Kondisi sungguh sangat mengkhawatirkan.
Setelah ditetapkan menjadi Taman Gumi Banten, di Kawasan ini sudah dilakukan konservasi sebanyak 24 jenis tanaman upacara dan tanaman obat.
“Pengembangannya masih terus dilakukan dengan memperkaya jenis vegetasi dengan harapan perlahan atasi sulitnya sarana upacara,” imbuhnya Tatok Saputra.
Tidak hanya dijadikan sebagai sarana pemenuhan upacara, keberadaan Taman Gumi Banten juga dimanfaatkan untuk pengembangan Wisata Alam.
Dilokasi hutan sudah tersedia tempat parkir yang luas, Jembatan gantung, ruang rapat ditengah hutan, Kedai Kopi dengan halaman yang luas, tempat Camping, tempat Prewedding dan Amphitheater dibawah pohon pinus untuk pagelaran Budaya dan kegiatan kumpul-kumpul dialam terbuka.
Desa Adat Glagalinggah merupakan Desa Adat yang berada di wilayah administrative Dusun Glagalinggah. Dusun Glagalinggah sendiri merupakan salah satu dusun yang berada di Desa Kintamani, kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali.
Daerah ini berada pada ketinggian 1200 mdpl, sehingga merupakan dataran tinggi (pegunungan). Letaknya yang berada pada lereng Gunung Batur membuat daerah ini memiliki jenis tanah entisol dengan tekstur tanah didominasi oleh pasir dengan persentase 82-94,5%.
Dusun Glagalinggah berada berbatasan langsung dengan Kawasan hutan pinus.
Udara disana sangat sejuk dan suhunya terasa dingin. Daerah ininmemiliki curah hujan tinggi selama 6 sampai 7 bulan.
Latar belakang masyarakat Desa Adat Glagalinggah adalah pendatang yang bekerja sebagai petani penggarap kebun (penyakap).
Awalnya mereka adalah penyakap dilokasi perkebunan, yang kemudian membentuk sebuah kelompok dan mengorganisir diri Menjadi banjar tempekan (Dusun) sampai pada akhirnya berkembang Menjadi Desa Adat.
Kini Desa Adat ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 865 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 235 KK. ***