Ali Masykur Musa saat menyambangi Asram Gandi Puri Denpasar (Foto:Kabarnusa) |
Kabarnusa.com, Denpasar – Berbagai konflik sosial yang terjadi di Tanah Air selama ini terus terjadi lantaran tidak meletakkan peradaban sebagai bingkai penyelesaiannya.
Peradaban yang mestinya dibangun di Indonesia, adalah yang meletakkan penghargaan yang tinggi terhadap perbedaan dan kemajemukan.
“Indonesia negara yang sangat majemuk, dilihat etnik, agama, budaya, sukunya. Jadi memaksakan kehendak dalam penyelesaian masalah, itu tidak sesuai prinsip hidup berbangsa di Indonesia,” tegas capres konvensi Partai Demokrat Ali Masykur Musa di Asram Gandi Puri Jalan Gandapura, Denpasar, Rabu (19/2/2014).
Kata Ali, Indonesia membutuhkan pemimpin, tokoh yang memegang pluralisme dan toleransi. Bangsa ini, dibangun bersama tanpa harus konflik atas nama perbedaan.
Yang terjadi saat ini, materialisme telah menjadi tujuan hidup manusia modern yang ukurannya berdasar materi benda atau fisik.
Materialisme telah membawa kehidupan manusia menjadi kering, karena telah menghilangkan spiritualitas.
Nilai spiritualitas itu tumbuh dan ada dalam peradaban manusia seperti agama, adat budaya, filosofi, norma.
“Peradaban telah membawa hidup manusia menjadi bermakna, tidak kering,” kata Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) itu.
Menurutnya, semua itu telah diajarkan oleh mantan Presiden RI dan tokoh kharismatis NU almarhum Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Gus Dur, sambung dia, dalam menyelesaikan setiap masalah, selalu menggunakan peradaban yang menghormati perbedaan.
Perbedaan boleh, sepanjang demi konteks kepentingan yang lebih besar yang disandarkan pada kesadaran demi kepentingan kebaikan..
Jika terjadi perbedaan, maka bisa dilakukan dengan dialog antar umat beragama, antar etnik dan lainnya.
Sekarang ini, lanjutnya, yang terjadi dalam penyelesaian konflik banyak yang memilih memaksakan kehendak.
Hal itu, sebagaimana tercermin dalam praktek berpolitik dan sistem formal, di mana setiap menyelesaikan masalah selalu dengan voting.
Padahal, ada hak yang lebih penting dari itu semua yakni bagaimana menggapai keadilan substansial.
Di alam demokrasi, membutuhkan keadilan substansial bukan demokrasi yang prosedural.
“Jika nanti terpilih sebagai calon presiden saya akan berusaha konsisten mengembangkan cara-cara dalam mengambil keputusan atau kebijakan seperti gaya kepemimpinan Gus Dur,” tegas mantan Ketua Umum PMII.
Gus Dur banyak mengajarkan bagaimana menyelesaikan berbagai konflik di daerah-daerah dengan pendekatan peradaban.
“Peradaban sebagai cara menyelesaikan masalah, saya akan melanjutkan cita-cita Gus Dur salah satu jalannya dengan ikut konvensi Partai Demokrat,” tutupnya. (rma)